HarianBatakpos.com – Realisasi investasi per semester I-2024 mencapai Rp 829,9 triliun, menunjukkan kenaikan 22,3% dari periode yang sama tahun lalu. Namun, kritik muncul dari pelaku usaha terkait minimnya serapan tenaga kerja, yang hanya menyerap 1,22 juta orang tenaga kerja.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menanggapi tren ini, menyatakan bahwa investasi cenderung masuk ke sektor padat modal seperti industri besi dan baja. Ini mengindikasikan aliran modal yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir.
“Ya tentu kan investasi yang terakhir kan kita lihat semuanya di industri baja. Baja itu industri yang capital intensive,” kata Airlangga.
Pemerintah berencana untuk mendorong investasi padat karya ke depan, dengan fokus meningkatkan serapan tenaga kerja. Salah satu sektor yang ditargetkan adalah industri semikonduktor.
“Nah salah satu labor intensive kan terkait dengan di semikonduktor. Tapi di fase terakhir, testing dan pabrikasi, ini yang terus lagi kita dorong,” tambahnya.
Upaya ini juga melibatkan persiapan sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan vokasi, seperti yang dilakukan oleh Politeknik Industri Logam Morowali dan Politeknik Industri Petrokimia Banten.
Kritikan terhadap minimnya serapan tenaga kerja disuarakan oleh Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani. Menurutnya, investasi belakangan ini tidak seimbang dengan peningkatan lapangan kerja yang dihasilkan.
“ini ada impactnya ke dalam investasi. Sebenarnya secara umum sudah baik, namun masalah ini kualitas pekerjaan, produktivitas, dan penghasilan pekerja,” ungkap Shinta.
Dalam analisis Apindo, meskipun investasi meningkat, tingkat serapan tenaga kerja tidak mencerminkan perkembangan yang signifikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Dengan demikian, meskipun investasi meningkat, tantangan utama tetap pada peningkatan kualitas serapan tenaga kerja untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif di masa depan.
Komentar