Medan, harianbatakpos.com – Fenomena kemarau basah kini melanda Indonesia, di mana Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi kondisi ini akan berlangsung hingga Agustus 2025. Kemarau basah adalah saat hujan masih turun meskipun musim kemarau telah tiba. Kondisi ini membawa risiko kesehatan yang perlu diperhatikan, terutama bagi kulit.
Dilansir dari laman Lambeturah.co.id, saat kemarau basah, risiko penyakit seperti DBD dan diare meningkat. Namun, dampak negatif ini tidak hanya terbatas pada kesehatan umum; kondisi ini juga dapat memengaruhi kesehatan kulit. Spesialis dermatologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr. Hanny Nilasari, SpDVE, menyatakan bahwa kemarau basah dapat memicu dermatitis atopik dan biang keringat, terutama bagi individu dengan kulit sensitif.
“Orang-orang yang mengalami kondisi kulit yang sangat kering kemudian juga sangat sensitif itu pastinya akan terganggu di masa itu,” ungkap dr. Hanny. Ia merekomendasikan penggunaan pelembap yang mengandung bahan aktif seperti oat dan ceramide agar kulit tetap terhidrasi.
Penggunaan pelembap secara rutin sangat dianjurkan, terutama 5-10 menit setelah mandi, untuk mendapatkan hasil maksimal. Dengan perawatan yang tepat, kesehatan kulit kita dapat terjaga meskipun menghadapi fenomena kemarau basah.
Ikuti saluran Harianbatakpos.com di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VbAbrS01dAwCFrhIIz05
Komentar