Medan, HarianBatakpos.com – Dalam dunia yang kian kompleks, perilaku asertif sering kali melampaui batas. Artikel ini membahas kasus mati langkah Sang Jagoan Cikiwul, Suhada, yang terlibat dalam permohonan tunjangan hari raya (THR) yang berujung pada penangkapan. Kejadian ini mengungkap dinamika sosial yang patut dicermati.
Mati Langkah Sang Jagoan Cikiwul
Suhada, lebih dikenal sebagai Jagoan Cikiwul, ditangkap oleh pihak kepolisian setelah mengancam akan menutup akses jalan ke sebuah pabrik plastik di Bantargebang, Kota Bekasi. Penangkapan ini dilakukan pada Kamis, 20 Maret 2025, setelah Suhada merasa tidak puas dengan pemberian Rp 20.000 sebagai THR dari sekuriti pabrik. Kepala Kepolisian Sektor Bantargebang, Kompol Sukadi, menyatakan, “Yang bersangkutan sudah ditangkap di Sukabumi kemarin (Kamis) maghrib.”
Suhada sempat merilis video permintaan maaf, di mana ia mengakui kesalahannya dan menyesali tindakan yang mengganggu masyarakat. Dalam video tersebut, ia menyatakan, “Saya minta maaf yang sebesar-besarnya. Saya mengaku salah karena saya mengaku seorang Jagoan Cikiwul.”
Suhada membantah bahwa kedatangannya ke pabrik plastik adalah untuk meminta THR. Ia menjelaskan bahwa tujuannya adalah untuk mengonfirmasi proposal yang diajukannya, yang sebenarnya bertujuan untuk meminta bantuan bagi kegiatan berbagi takjil selama bulan Ramadhan, dikutip dari kompas.com.
Meskipun demikian, pengakuan Suhada tentang proposal dan keinginan untuk bertemu pemilik perusahaan menunjukkan adanya ketidakpuasan yang mendalam terhadap respons perusahaan. Ia mengakui, “Saya akui saya arogan, tapi kearoganan itu ada sebabnya.”
Kasus ini juga melibatkan Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI), yang menandatangani proposal Suhada. Setelah video insiden tersebut viral, Suhada dan rekan-rekannya saling curiga, menuduh adanya pengkhianatan di antara mereka.
Dalam penutup, kasus Jagoan Cikiwul menyoroti pentingnya komunikasi yang baik antara masyarakat dan perusahaan. Tindakan yang berujung pada penangkapan ini mengingatkan kita bahwa langkah-langkah yang diambil dalam menghadapi ketidakpuasan haruslah bijaksana.
Komentar