Pengamat pasar uang ternama, Ariston Tjendra, memproyeksikan pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa ini. Menurut Tjendra, ketegangan yang terjadi di Timur Tengah menjadi faktor utama yang memicu eksodus pelaku pasar ke aset dolar AS sebagai tempat perlindungan, sehingga menguatkan dolar AS terhadap mata uang lainnya.
“Rupiah masih mungkin melemah hari ini terhadap dolar AS. Ketegangan di Timur Tengah mungkin menjadi pemicu pelaku pasar masuk ke aset dolar AS sebagai salah satu aset aman sehingga dolar AS menguat terhadap nilai tukar lainnya,” ungkap Ariston kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.
Ia menambahkan bahwa indeks dolar AS pagi ini sudah bergerak di kisaran 102,8, meningkat dari posisi pagi sebelumnya yang berada di kisaran 102,4. Serangkaian peristiwa, termasuk serangan AS dan Inggris ke markas Houthi di Yaman, serangan balasan Houthi ke kapal-kapal komersial AS di Laut Merah, serangan Israel ke Gaza, rudal dari Lebanon yang menghantam Israel, dan gempuran Turki ke pemberontak Kurdi di Irak dan Suriah, telah menciptakan ketidakpastian dan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar.
“Pagi ini indeks saham Asia juga terlihat bergerak menurun dibandingkan penutupan hari sebelumnya. Hal itu bisa mengindikasikan bahwa pelaku pasar berusaha menghindari aset berisiko,” tambah Tjendra.
Dalam proyeksinya untuk hari ini, Ariston memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp15.530 per dolar AS hingga Rp15.600 per dolar AS. Pada perdagangan pagi ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditransaksikan antarbank di Jakarta mengalami penurunan sebesar 26 poin atau 0,16 persen, mencapai Rp15.581 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp15.555 per dolar AS. Situasi ini menunjukkan dampak langsung dari ketidakpastian global yang mempengaruhi pergerakan mata uang. Para pelaku pasar dan masyarakat diimbau untuk memantau perkembangan lebih lanjut terkait kondisi geopolitik yang dapat memengaruhi pasar keuangan.
Komentar