Medan, HarianBatakpos.com – Dalam pertemuan yang berlangsung di Gedung Putih, Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky terlibat cekcok yang menunjukkan potensi perubahan arah kebijakan Amerika terhadap Ukraina. Menurut Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, kejadian ini mengisyaratkan bahwa Trump mungkin tidak akan lagi berpihak kepada Ukraina.
Cekcok tersebut dipicu oleh perbedaan pandangan antara kedua pemimpin. Hikmahanto menjelaskan, “Dalam pandangan Trump, Rusia tidak bisa disalahkan sebagaimana yang diinginkan oleh Zelensky.” Hal ini mencerminkan posisi Trump yang semakin mendukung pandangan Rusia, berlawanan dengan posisi Ukraina yang menganggap invasi Rusia sebagai kesalahan besar, dikutip dari detik.com.
Ketegangan semakin meningkat setelah pernyataan dari Wakil Presiden AS, Vance, yang menuding Zelensky memanfaatkan pertemuan untuk kepentingan politik. Hikmahanto menambahkan, “Di situlah perdebatan dimulai atas dasar perspektif Ukraina yang menganggap Rusia salah.” Ini menandakan bahwa hubungan diplomatik antara AS dan Ukraina berada di ambang perubahan.
Hikmahanto mengingatkan bahwa jika Trump mengambil langkah untuk tidak mendukung Ukraina, hal ini akan berpengaruh besar terhadap posisi perang Rusia dan Ukraina. “Dari sini jelas bahwa ke depan Trump tidak berpihak ke Ukraina atau negara-negara Eropa yang berpihak kepada Ukraina,” ungkapnya.
Dengan melihat dinamika ini, Hikmahanto merekomendasikan agar Indonesia tidak berpihak pada salah satu pihak. “Indonesia harusnya fokus mendamaikan kedua belah pihak,” katanya, menekankan pentingnya posisi netral dalam konflik internasional.
Dalam konteks ini, jelas bahwa cekcok antara Trump dan Zelensky dapat menjadi titik balik dalam kebijakan luar negeri AS terhadap Ukraina, yang berpotensi menguntungkan Rusia.
Komentar