Ekonomi global saat ini dilanda oleh ketidakpastian yang mendalam, mendorong investor untuk mencari perlindungan dalam aset-aset safe-haven seperti dolar AS dan emas. Menurut analisis yang dilakukan oleh Ekonom Bank Mandiri, Reny Eka Putri, ketegangan geopolitik dan perlambatan ekonomi global telah memaksa pelaku pasar untuk mengalihkan investasi mereka ke instrumen keuangan yang dianggap aman.
“Ketidakpastian perekonomian global mendorong aliran dana ke aset-aset safe-haven. Melemahnya perekonomian global dan meningkatnya ketegangan geopolitik memaksa pelaku pasar untuk menempatkan dananya pada instrumen yang dianggap aman (safe haven), seperti dolar AS dan komoditas emas,” kata Reny Eka Putri dalam wawancara dengan ANTARA di Jakarta, Rabu.
Untuk mengatasi volatilitas yang dihasilkan dari faktor-faktor eksternal tersebut, Bank Indonesia (BI) telah merencanakan serangkaian tindakan intervensi. Reny Eka Putri menjelaskan bahwa tindakan tersebut termasuk triple intervensi, twist operasi, implementasi Devisa Hasil Ekspor (DHE), dan lelang instrumen terkini untuk menjaga stabilitas pasar keuangan serta menyerap aliran modal.
Instrumen yang akan digunakan meliputi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).
Data terkini menunjukkan bahwa sejak awal tahun 2024 hingga 27 Maret 2024, modal asing telah keluar bersih dari pasar surat berharga negara (SBN) sebesar Rp33,31 triliun. Namun, terjadi aliran modal masuk bersih ke pasar saham dan SRBI masing-masing sebesar Rp28,90 triliun dan Rp20,05 triliun.
Reny juga menyatakan bahwa faktor-faktor seperti data perekonomian, kondisi perekonomian global, ekspektasi inflasi, dan kebijakan moneter menjadi penentu utama yang akan mempengaruhi keputusan bank sentral terkait penurunan suku bunga.
Saat ini, permintaan terhadap dolar AS juga diperkuat oleh data perekonomian AS yang menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada kuartal IV-2023 direvisi naik menjadi 3,4 persen secara kuartal atau quarter on quarter (qoq) dari sebelumnya 3,2 persen (qoq).
Reny memperkirakan bahwa suku bunga kebijakan The Fed berpotensi turun pada paruh kedua tahun 2024, sementara potensi penurunan suku bunga acuan BI atau BI-Rate baru akan terjadi pada paruh kedua tahun ini.
Dengan asumsi potensi penurunan suku bunga The Fed dan aliran modal kembali ke pasar domestik, Reny memperkirakan nilai tukar rupiah dapat berada dalam kisaran Rp15.400 hingga Rp15.600 per dolar AS dan imbal hasil obligasi dalam negeri pada kisaran 6,4 persen sampai 6,5 persen pada akhir tahun 2024.
Komentar