Nasional
Beranda » Berita » Ketidakpastian Ekonomi: Imbas Perang Dagang Terhadap Pertumbuhan Asia

Ketidakpastian Ekonomi: Imbas Perang Dagang Terhadap Pertumbuhan Asia

Ilustrasi (detik.com)
Ilustrasi (detik.com)

Medan,  HarianBatakpos.com – Bank of America (BofA) baru-baru ini menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Asia untuk tahun 2025. Dalam laporan tersebut, BofA memperingatkan bahwa ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok serta tekanan tarif yang lebih luas akan memberikan dampak signifikan pada ekonomi kawasan ini. Diperkirakan, pertumbuhan tertimbang PDB Asia akan melambat menjadi 3,9 persen pada 2025, turun 60 basis poin dari prediksi sebelumnya.

Pertumbuhan Ekonomi Asia di Tengah Ketidakpastian

Menurut analisis BofA, pertumbuhan PDB Tiongkok diproyeksikan melambat menjadi 4,0 persen tahun ini, lebih rendah dari estimasi sebelumnya yang mencapai 4,5 persen. Meskipun Jepang mungkin terhindar dari resesi akibat tarif AS sebesar 25 persen untuk mobil, situasi tetap menantang. Di sisi lain, India diperkirakan tetap tumbuh 6,4 persen berkat dukungan kebijakan domestik, meskipun mengalami penurunan 20 basis poin dari proyeksi sebelumnya.

Ketidakpastian yang tinggi masih membayangi ekonomi Asia. Analis mencatat bahwa meskipun terdapat jeda 90 hari pada tarif timbal balik dan pengecualian untuk produk elektronik, ketidakpastian tetap berada pada tingkat historis. Ketegangan yang meningkat antara AS dan Tiongkok, termasuk tarif balasan Tiongkok sebesar 125 persen terhadap barang-barang AS, memperburuk kondisi ini.

Kasus Dugaan Korupsi Kuota Haji: Ustadz Khalid Basalamah Diperiksa KPK

Sektor-sektor tertentu, seperti teknologi di Taiwan dan Vietnam, mungkin mendapatkan keuntungan dari pengecualian tarif, tetapi sektor non-teknologi menghadapi tantangan yang semakin besar. Negara-negara Asia Tenggara, terutama Malaysia dan Thailand, rentan terhadap penurunan permintaan global dan gangguan rantai pasokan.

Risiko Pertumbuhan dan Kebijakan Moneter

Dalam kondisi ini, BofA memperingatkan bahwa risiko pertumbuhan tetap condong ke bawah, terutama jika AS memasuki resesi atau jika pembicaraan perdagangan terhenti. Mereka juga memperkirakan bahwa bank sentral regional, termasuk People’s Bank of China (PBOC), akan lebih melonggarkan kebijakan untuk mengurangi dampak negatif. Pelonggaran moneter mungkin akan terjadi sebelum langkah-langkah fiskal diambil.

Dengan berbagai tantangan yang ada, penting bagi para pemangku kepentingan untuk memantau perkembangan ini dan merespons dengan strategi yang tepat.

Peringatan Mendikdasmen: Jangan Sebarkan Konten Salah

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *