Medan-BP: Sebagai Pemuda-Pemudi Tapanuli kami berhak menanggapi dan menyikapi yang terjadi atas pernyataan Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi atas peniadaan hingga mengganti namanya agar tidak lagi Festival Danau Toba. Lebih baik Pemprovsu tidak mengurus Danau Toba jika ujungnya membuat kegaduhan ditengah masyarakat.
Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Gerakan Pemuda-Pemudi Indonesia, Fredi Lumban Gaol merespon pernyataan Edy Rahmayadi yang melontarkan akan menghapus event Festival Danau Toba, Senin (13/1/2020).
“Menurut kami solusi yang dibuat Edy Rahmayadi sangatlah lemah dalam membangun kebudayaan dan kultur masyarakat lintasan Danau Toba, karena solusi yang mengandung stigma di tengah- tengah masyarakat, sebab FDT adalah pesta tahunan atas budaya dan istiadat masyarakat,” jelasnya.

Ratusan penari menampilkan Tari Tor-Tor Cawan pada pembukaan Festival Danau Toba (FDT) di Balige, Kabupaten Tobasa, Sumatera Utara, Rabu (17/9/2014). Foto: ist
Katanya melanjutkan, dalam hal ini selaku Pemuda Pemudi Tapanuli menolak dengan keras. Apabila kebijakan dan keputusan itu tetap dijalankan maka dengan itu kami berhak melawan dengan menjaga dan merawat istiadat kami yang sudah berjalan dan berproses dengan baik, terangnya.
“Dimana Festival Danau Toba bukan sebatas pesta rutin tahunan melainkan pertunjukan budaya dan Istiadat ke tengah-tengah mata dunia, khususnya bahwa masyarakat Danau Toba kultur masyarakat sejuk dan berbudaya Batak yang bagian dari bingkai NKRI,” tegas mantan Ketua DAG Sumut itu.
Sebelumnya Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi memutuskan tidak akan menggelar Festival Danau Toba 2020. “Kayaknya kurang bermanfaat pesta itu,” kata Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi, Jumat (10/1/2020) di kantor gubernur. (BP/Pandi)
Komentar