Gaya Hidup Kriminal Nasional Peristiwa Sosial
Beranda » Berita » Kisah Kelam Rekrutmen Geng SMA: Mengungkap Cara Sadis Geng Tai Merekrut Anggota Baru

Kisah Kelam Rekrutmen Geng SMA: Mengungkap Cara Sadis Geng Tai Merekrut Anggota Baru

Kisah tragis yang melibatkan geng SMA elit kembali mencuat ke permukaan dengan ungkapan dari saksi mata yang mengungkapkan cara sadis Geng Tai (GT) merekrut anggota baru, dilansir dari Okezone.

 

Dalam sebuah wawancara dengan media, AF, seorang teman korban, memberikan gambaran mengerikan tentang proses rekrutmen yang dilakukan oleh geng tersebut.

Makanan Beragam, Hidup Sehat: Flavonoid sebagai Pelindung Kanker!

 

Menurut AF, korban yang diidentifikasi sebagai A, menjadi target rekrutmen oleh anggota GT. Korban disiksa secara fisik dan diberi informasi bahwa dirinya telah direkrut sebagai anggota GT.

 

Bahkan, korban mengalami luka-luka parah, termasuk lebam-lebam dan bekas sundutan rokok di tubuhnya. Tindakan kejam ini diikuti dengan ancaman yang mengerikan, termasuk ancaman terhadap keluarga korban.

Varian Baru COVID-19 Nimbus: Apa yang Perlu Anda Tahu?

 

AF juga memberikan penjelasan bahwa salah satu anggota GT yang terlibat dalam kasus tersebut adalah putra sulung dari artis terkenal, Vincent Rompies.

 

Hal ini menambah kompleksitas kasus dan menyoroti betapa meresapnya budaya kekerasan di kalangan remaja, termasuk di lingkungan yang seharusnya menjadi contoh positif.

 

Selain itu, AF juga mencatat bahwa korban tidak sendirian dalam mengalami perlakuan kasar dari anggota GT.

 

Ia menyebutkan bahwa beberapa anggota geng lainnya, termasuk putra Vincent, juga terlibat dalam penganiayaan tersebut. Bahkan, beberapa di antaranya telah dihukum dengan dikeluarkannya dari sekolah atau menjalani proses disiplin lainnya.

 

Kisah tragis ini juga menyoroti pentingnya peran polisi dan pihak berwenang dalam menangani kasus kekerasan di sekolah.

 

Menurut AKP Alvino dari Polres Tangerang Selatan, kondisi korban saat ini telah membaik setelah keluar dari rumah sakit dan sedang menjalani perawatan lanjutan, termasuk pemeriksaan psikologis.

 

Namun, perjuangan untuk mendapatkan keadilan dan pemulihan psikologis bagi korban masih jauh dari selesai.

 

Kasus ini juga memicu perdebatan lebih lanjut tentang perlunya pendekatan preventif untuk mencegah kekerasan di sekolah.

 

Dr. Anita Susilo, seorang psikolog anak, mengatakan bahwa pendidikan tentang empati, toleransi, dan pengendalian diri harus diperkuat di lingkungan sekolah dan keluarga.

 

“Kita harus mengajarkan anak-anak kita bahwa kekerasan tidak pernah bisa diterima dan bahwa setiap individu berhak untuk merasa aman di lingkungan sekolah,” ujarnya.

 

Dengan kasus ini sebagai sorotan, masyarakat, sekolah, dan pihak berwenang diharapkan untuk bekerja sama dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan mendukung bagi semua siswa.

 

Perlindungan terhadap korban dan pencegahan terhadap kekerasan harus menjadi prioritas utama bagi semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan.

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Postingan Terpopuler

BatakPos TV

Kominfo Padang Sidempuan

Kominfo Padang Sidempuan