Peristiwa
Beranda » Berita » Kisah Mengharukan Seorang Bocah yang Menderita Sindrom Manusia Serigala

Kisah Mengharukan Seorang Bocah yang Menderita Sindrom Manusia Serigala

Kabar tentang seorang bocah berusia 2 tahun yang menderita sindrom manusia serigala dan memiliki tubuh yang ditutupi bulu telah menjadi viral.

Jaren Gamongan, yang berasal dari Apayao, Filipina, lahir dengan kondisi langka ini yang dikenal sebagai hipertrikosis dalam dunia medis, dikutip dari Viva.co.id.

Menurut laporan dari Daily Mail pada Sabtu, 13 April 2024, ibunya, Alma, meyakini bahwa kondisi langka putranya disebabkan oleh kutukan karena dirinya pernah mengonsumsi kucing liar selama masa kehamilan.

Kisah Inspiratif: Kampung Bersatu Dukung Devit Masuk ITB

Alma mengungkapkan bahwa selama hamil, dia merasa kuat dorongan untuk mengonsumsi kucing liar yang sering ditemukan di daerah pedalaman tempat tinggalnya.

Dia bahkan mencari seekor kucing hitam dari tetangganya, kemudian memasaknya dengan berbagai bumbu sebelum memakannya. Namun, dia menyesali tindakannya tersebut setelah melihat kondisi Jaren saat lahir.

Meskipun penduduk setempat percaya bahwa kondisi Jaren saat ini adalah akibat kutukan yang dialami Alma, setelah membawa Jaren ke dokter, baru diketahui bahwa bocah tersebut menderita hipertrikosis.

Ini merupakan sindrom yang sangat langka, dengan hanya 50 hingga 100 kasus yang dilaporkan di seluruh dunia.

Kontroversi Sopir Ambulans Bawa Jenazah ODGJ Minta Maaf

Alma sangat khawatir dengan masa depan Jaren, terutama ketika dia akan berangkat ke sekolah nanti. Dia merasa bersalah atas keinginannya untuk mengonsumsi kucing selama hamil, tetapi dokter memastikan bahwa hal tersebut tidak ada kaitannya dengan kondisi langka yang dialami Jaren.

Dari tiga anak Alma, hanya Jaren yang lahir dengan kondisi hipertrikosis. Meskipun memiliki kondisi yang berbeda, Jaren tetap merupakan anak yang periang dan ceria. Namun, dia sering mengalami ruam yang gatal saat cuaca panas karena sekujur tubuhnya dipenuhi oleh bulu.

Alma telah berkonsultasi dengan dokter kulit untuk mencari solusi terkait kondisi anaknya. Meskipun hipertrikosis tidak dapat disembuhkan, perawatan seperti penghilangan bulu dengan laser dapat membantu mengurangi gejala yang dialami Jaren.

Dokter yang memeriksa Jaren, Dr. Ravelinda Soriano Perez, menjelaskan bahwa hipertrikosis tidak disebabkan oleh faktor turunan dan merupakan kondisi langka yang hanya menyerang sekitar satu dari setiap satu miliar orang.

Meskipun menghadapi tantangan yang besar, Alma bersama dengan Jaren tetap optimis dalam menghadapi masa depannya.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Postingan Terpopuler

BatakPos TV

Kominfo Padang Sidempuan

Kominfo Padang Sidempuan