Jakarta,- BP: Tepat setelah kehebohan terkait kunjungan lima anggota Nahdliyin ke Israel dan pertemuan dengan Presiden Isaac Herzog mencuat, Lembaga Riset, Kajian, dan Diskusi Perdamaian, RAHIM, mengeluarkan klarifikasi tegas. Meskipun laman mereka kini tidak dapat diakses, pernyataan resmi dari RAHIM menegaskan bahwa lembaga tersebut tidak terlibat dalam rekomendasi atau dukungan terhadap kunjungan kontroversial tersebut.
Dalam pernyataan yang sempat tersedia di situs rahim.or.id pada Selasa sore, RAHIM menegaskan bahwa mereka tidak pernah memberikan izin atau rekomendasi terkait kunjungan tersebut. “RAHIM tidak terlibat dan tidak pernah memberikan rekomendasi dalam kegiatan orang-orang Indonesia yang berkunjung ke Israel bertemu dengan Isaac Herzog, Presiden Israel,” demikian bunyi pernyataan tersebut.
RAHIM juga membantah bahwa Zainul Maarif, yang disebut sebagai salah satu yang bertemu dengan Presiden Israel, tidak bertindak sebagai perwakilan resmi dari lembaga mereka. “Saudara Zainul Maarif sebagai bagian dari orang yang bertemu dengan Presiden Israel adalah atas nama pribadi dan tidak mewakili/atas nama RAHIM,” jelas pernyataan tersebut.
Menurut RAHIM, mereka adalah lembaga yang konsisten dalam bidang riset, kajian, dan diskusi perdamaian serta rekonsiliasi konflik, dengan fokus pada nilai-nilai toleransi dan bukan untuk tujuan agitasi atau konspirasi.
Terkait dugaan pencatutan logo LBM NU, RAHIM menyatakan bahwa logo tersebut telah dihapus. Meski begitu, situs resmi mereka masih belum dapat diakses hingga malam ini.
RAHIM juga menambahkan bahwa mereka tidak pernah menerima dana dari pihak luar dan semua kegiatan yang dilakukan masih bersifat swadaya. “Kami hanya melakukan doa bersama dan permohonan kepada kedua belah pihak untuk menahan diri,” tambah pernyataan tersebut.
Kontroversi ini telah menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat dan tokoh agama lainnya, mengingat sensitivitas politik terkait masalah Israel-Palestina yang masih menyala.
Dengan pernyataan resmi ini, RAHIM berharap dapat menjernihkan posisi mereka di tengah sorotan dan spekulasi publik terkait insiden yang mencoreng nama baik lembaga tersebut.
Komentar