HarianBatakpos.com, JAKARTA – BP: Kasus kematian Afif Maulana, seorang remaja di Kota Padang, menjadi sorotan berbagai pihak setelah tubuhnya ditemukan di bawah jembatan Sungai Batang Kuranji beberapa waktu lalu. Terbaru, Ketua Umum Pengurus Wilayah Kesatuan Mahasiswa Tarbiyah Islamiyah (KMTI) Sumbar, Maichel Firmansyah, memberikan pandangannya mengenai kasus tersebut.
Maichel menyoroti dugaan bahwa kematian Afif disebabkan oleh penganiayaan oleh oknum kepolisian. Dugaan ini telah memicu spekulasi di kalangan masyarakat Sumbar. Maichel mengharapkan Kapolda Sumbar untuk lebih transparan dan responsif dalam menangani kasus ini.
Seperti disadur dari laman Pikiranrakyat.com, Menurut Maichel, Kapolda Sumbar telah melakukan penyelidikan cepat dan menyimpulkan bahwa kematian Afif disebabkan oleh patah tulang iga yang merobek paru-paru serta adanya lebam pada tubuh korban akibat terjatuh dari jembatan.
Namun, Maichel menekankan bahwa penjelasan ini perlu disampaikan secara transparan untuk menghindari spekulasi dan memperbaiki citra Polri di Sumatera Barat.
“Kapolda harus transparan dan responsif atas kasus yang dialami oleh Afif Maulana yang menjadi perbincangan publik saat ini,” ujar Maichel kepada Padang Raya News pada Kamis, 4 Juli 2024.
Maichel juga menegaskan bahwa tindakan transparan dan cepat dari Polda Sumbar akan menyelamatkan citra Polri di Sumatera Barat. Ia menekankan pentingnya Kapolda untuk segera mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi dan berani mengambil tindakan jika ditemukan pelanggaran oleh anggotanya.
“Kapolda harus berani mengambil tindakan jika diduga terdapat pelanggaran oleh anggotanya di lapangan, dan secepat mungkin mengungkapkan apa yang terjadi secara transparan. Tuntutan keadilan untuk Afif bukan hanya harapan dari keluarga korban, tetapi juga warga Sumbar. Jika Kapolda tidak transparan dan responsif, citra Polri bisa menjadi buruk di Sumbar,” kata Maichel.
Ia juga mengingatkan Kapolda untuk fokus pada penyelidikan kasus kematian Afif daripada mencari tahu siapa yang pertama kali memviralkan kasus tersebut. Menurutnya, publik lebih membutuhkan kejelasan mengenai penyebab kematian Afif daripada perdebatan mengenai siapa yang memviralkan kasus ini.
“Lebih baik Kapolda memprioritaskan terlebih dahulu mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi atas kematian korban daripada mencari siapa yang memviralkan, karena publik sedang menunggu,” lanjut Maichel.
Terakhir, Maichel menyampaikan bahwa jika Kapolda Sumbar dinilai tidak transparan dalam menangani kasus ini, KMTI Sumbar siap untuk terlibat dalam gerakan aksi organisasi kepemudaan (OKP) untuk menuntut keadilan bagi Afif Maulana.
“Jika Kapolda dinilai tidak transparan atas kasus kematian Afif Maulana, maka PW KMTI Sumbar siap ikut andil dalam gerakan aksi OKP untuk menuntut keadilan bagi Afif Maulana,” tutup Maichel.
Kasus kematian Afif Maulana telah menarik perhatian luas dan menimbulkan berbagai spekulasi. Tindakan transparan dan responsif dari Kapolda Sumbar sangat diharapkan untuk mengungkap kebenaran dan memulihkan kepercayaan publik terhadap Polri di Sumatera Barat. Masyarakat Sumbar berharap agar kasus ini dapat diselesaikan dengan adil dan transparan, tanpa ada upaya menutup-nutupi atau mencari kambing hitam.
Kasus ini juga menjadi pengingat pentingnya integritas dan kepercayaan publik terhadap institusi penegak hukum. Dalam situasi yang penuh dengan spekulasi dan ketidakpastian, langkah-langkah transparan dan cepat dari pihak berwenang sangat penting untuk mengembalikan rasa keadilan dan kepercayaan masyarakat.
Semua pihak berharap agar kasus kematian Afif Maulana dapat diselesaikan dengan adil dan transparan, dan bahwa keadilan dapat ditegakkan bagi korban serta keluarganya. Keterlibatan berbagai organisasi dan masyarakat dalam mengawal kasus ini menunjukkan betapa pentingnya keadilan dan transparansi dalam setiap kasus hukum.
Komentar