Dalam konteks pasar domestik, Katarina Setiawan, Chief Economist & Investment Strategist, memberikan pandangan mengenai perkembangan ekonomi Indonesia. Menurutnya, siklus penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) diprediksi akan mengikuti perkembangan The Fed, pergerakan nilai tukar rupiah, dan arus masuk modal. Penyesuaian ini akan dilakukan secara bertahap, dan secara historis, siklus penurunan suku bunga BI dimulai setelah tingkat suku bunga riil mencapai sekitar 3%.
Meskipun terjadi peningkatan harga, inflasi diperkirakan akan tetap terkendali. Kenaikan harga pangan bisa berdampak pada inflasi, tetapi Bank Indonesia optimis bahwa intervensi pasokan pangan pemerintah akan cukup untuk menjaga inflasi agar tetap berada dalam kisaran target 2,5% ± 1% pada tahun 2024. Inflasi inti yang terkendali diharapkan membantu mengendalikan inflasi secara keseluruhan.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh aktivitas ekonomi yang diperkirakan meningkat, didukung oleh belanja Pemilu dan peningkatan belanja pemerintah. Pada Desember 2023, belanja pemerintah mencapai Rp 616 triliun, mengalami kenaikan yang signifikan dari bulan sebelumnya yang hanya Rp 270 triliun.
Dengan asumsi Pemilu berjalan kondusif, diprediksi akan memberikan dampak netral-positif terhadap pasar finansial Indonesia. Secara historis, pada periode pemilu sebelumnya (tahun 2004, 2009, 2014, dan 2019), pasar finansial Indonesia menunjukkan pergerakan positif 6-12 bulan sebelum dan setelah pemilu.
“Tercapainya puncak suku bunga, kebijakan moneter yang lebih akomodatif, dan nilai tukar dolar AS yang termoderasi tahun ini akan membuat investor asing lebih berminat untuk masuk ke pasar-pasar negara berkembang. Itu merupakan katalis yang kuat bagi pasar finansial Indonesia,” ungkap Katarina Setiawan.
Komentar