Medan, HarianBatakpos.com – Republik Demokratik Kongo kini berada dalam kondisi siaga satu menghadapi penyakit misterius yang telah merenggut lebih dari 70 nyawa. Menteri Kesehatan Masyarakat RD Kongo, Roger Kamba, mengungkapkan bahwa penyakit ini telah menginfeksi 382 orang sejak Oktober dan dilaporkan di daerah Panzi, Provinsi Kwango, di barat daya Kongo. “Kami dalam kondisi siaga penuh. Kami menganggap ini adalah tingkat epidemi yang harus kami pantau secara maksimal,” kata Kamba pada konferensi pers dilansir dari pafisorong.org.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Afrika memperkirakan hasil tes untuk mengonfirmasi karakteristik penyakit ini akan diumumkan pada 7 Desember 2024. Jean Kaseya, kepala CDC Afrika, menyatakan bahwa hasil awal menunjukkan dugaan penyakit pernapasan, namun ia menegaskan bahwa masih banyak yang harus dipelajari, termasuk kemungkinan penularannya. “Diagnostik pertama membuat kami menduga itu adalah penyakit pernapasan,” ujar Kaseya, dilansir dari TEMPO.CO.
Pihak berwenang Kongo telah mencatat 71 kematian akibat penyakit ini, dengan 44 kematian terjadi di masyarakat. Sekitar 300 orang yang terinfeksi telah dinyatakan sembuh, tetapi kondisi gizi yang buruk di antara anak-anak—di mana 61 persen mengalami kekurangan gizi—dapat memperburuk situasi. “Sekitar 40 persen kasus melibatkan anak-anak,” ungkap Kamba.
Tim intervensi khusus telah diterjunkan untuk mengidentifikasi sifat penyakit ini. “Kami masih menunggu hasil pertama untuk menentukan penyebab dan pengobatannya,” tambah Kamba. Munculnya penyakit ini bertepatan dengan flu musiman, yang dapat menyulitkan diagnosis. Meski ada pertanyaan tentang hubungan dengan COVID-19, Kamba menegaskan bahwa angka kematian tidak sesuai dengan profil COVID-19.
Dengan situasi yang semakin mendesak, pihak berwenang berupaya untuk memahami lebih lanjut mengenai penyakit misterius ini dan dampaknya terhadap masyarakat. Keterbatasan akses ke zona kesehatan Panzi, yang terletak sekitar 700 kilometer dari ibu kota Kinshasa, menambah tantangan dalam penanganan epidemi ini.
Komentar