Di tengah gemuruh industri perfilman Tanah Air, film-film horor dengan sentuhan agama belakangan ini menjadi sorotan utama, dilansir dari VIVA.co.id.
Kontroversi seputar penggambaran unsur-unsur keagamaan dalam film-film ini telah menimbulkan polemik di kalangan masyarakat.
Namun, sutradara Rako Prijanto dengan tegas mempertahankan jalur yang diambil dalam karyanya, “Para Betina Pengikut Iblis 2”.
Dalam sebuah konferensi pers di Senayan, Jakarta, Rako Prijanto menegaskan bahwa filmnya berada pada jalur yang tepat, sesuai dengan ajaran yang diyakini olehnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Meskipun mengakui adanya penyalahgunaan unsur agama dalam beberapa film horor belakangan ini, Rako meyakinkan bahwa “Para Betina Pengikut Iblis 2” telah memperhatikan dan menghormati ajaran agama.
Menurutnya, film tersebut tidak melenceng dari nilai-nilai Pancasila, di mana Ketuhanan Yang Maha Esa menempati posisi yang sangat penting.
Rako menegaskan bahwa kepercayaan pada Allah adalah fondasi utama bagi semua rakyat Indonesia, dan filmnya memperkuat nilai-nilai tersebut.
Penggambaran karakter dalam film tersebut juga dipengaruhi oleh ayat-ayat Al Quran, seperti yang dijelaskan oleh Rako.
Dia menjelaskan bahwa karakter-karakter utama dalam film tersebut diambil dari pengamatan terhadap perilaku manusia yang dijelaskan dalam ayat suci Al Quran. Dengan demikian, Rako berupaya memberikan narasi yang sesuai dengan konteks keagamaan yang sebenarnya.
Meskipun demikian, Rako mengungkapkan harapannya agar filmnya tidak disalahartikan oleh masyarakat. Dia menyoroti pentingnya kematangan dalam menanggapi karya seni, khususnya dalam konteks film.
Menghindari penyalahgunaan atau pemutarbalikan terhadap pesan yang ingin disampaikan adalah hal yang penting bagi integritas sebuah karya.
“Para Betina Pengikut Iblis 2” tidak hanya menghadirkan ketegangan dan horor, tetapi juga mengajak penonton untuk merenungkan makna di balik ceritanya.
Melalui perjalanan karakter Sumi, Asih, dan Nani, film ini mengajak kita untuk menghadapi ketakutan batin dan mencari jalan keluar dari teror yang menghantui.
Dengan dipenuhi oleh akting-akting cemerlang dari Mawar De Jongh, Adipati Dolken, Sara Fajira, dan Hanggini, film ini menjanjikan pengalaman menonton yang mendebarkan dan mendalam.
Melalui alur cerita yang berkembang dari film sebelumnya, “Para Betina Pengikut Iblis 2” mengeksplorasi tema-tema gelap dan misterius yang masih menyisakan banyak pertanyaan.
Meskipun demikian, respons terhadap film ini masih menjadi tanda tanya besar. Bagaimana masyarakat akan menanggapi pesan-pesan yang terkandung dalam film ini?
Apakah film ini akan mampu membuka ruang diskusi yang lebih luas mengenai penggunaan unsur agama dalam seni?
Kontroversi seputar film-film horor berunsur agama mungkin akan terus berlanjut, tetapi pandangan dari para pembuatnya, seperti yang disampaikan oleh Rako Prijanto, memberikan perspektif yang penting dalam memahami maksud dan tujuan di balik karya seni tersebut.
Semoga film ini tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga memicu refleksi mendalam bagi para penontonnya.
Komentar