Nasional
Beranda » Berita » Krisis E-Commerce di AS: Penjual China Menghadapi Ancaman Serius

Krisis E-Commerce di AS: Penjual China Menghadapi Ancaman Serius

Ilustrasi (CNBC Indonesia)
Ilustrasi (CNBC Indonesia)

Medan,  HarianBatakpos.com –  Langkah Presiden Donald Trump menaikkan tarif impor China hingga 145% memicu gelombang kepanikan di kalangan pelaku e-commerce Amerika Serikat (AS). Dampak signifikan dari kebijakan ini telah membuat banyak penjual asal China yang selama ini mengandalkan platform seperti Amazon mulai menaikkan harga dan berencana hengkang dari pasar AS. Krisis ini menciptakan potensi ancaman bagi raksasa e-commerce negeri Paman Sam.

Wang Xin, kepala Shenzhen Cross-Border E-Commerce Association, menyebut kenaikan tarif ini sebagai “pukulan yang belum pernah terjadi sebelumnya.” Struktur biaya produksi dan distribusi kini terguncang, membuat banyak pelaku usaha sulit bertahan di pasar AS. “Ini bukan sekadar soal pajak. Tetapi juga seluruh struktur biaya juga akan terbebani,” jelas Wang, dikutip dari Reuters, Jumat (11/4/2025).

China merupakan sumber dari sekitar setengah penjual di Amazon, dengan lebih dari 100.000 bisnis asal Shenzhen menyumbang pendapatan hingga US$ 35,3 miliar per tahun. Namun kini, banyak dari mereka mempertimbangkan untuk hengkang. Dari lima penjual yang diwawancarai Reuters, tiga di antaranya berencana menaikkan harga hingga 30% untuk pasar AS, sementara dua lainnya akan menarik diri sepenuhnya dari pasar tersebut, dilansir dari CNBC Indonesia.

Kasus Dugaan Korupsi Kuota Haji: Ustadz Khalid Basalamah Diperiksa KPK

Ketergantungan Amazon pada penjual China menempatkannya dalam posisi rentan. Tanpa alternatif pasar dengan daya beli sebesar AS, produsen China menghadapi risiko perang harga yang lebih sengit di wilayah lain, yang bisa berujung pada penurunan profitabilitas secara global. Platform lain seperti Shein dan Temu, yang juga mengandalkan basis produksi di China, ikut terkena imbas.

Menurut data Dewan Negara China, nilai perdagangan e-commerce lintas negara mencapai 2,63 triliun yuan (USD 358 miliar) tahun lalu, menunjukkan betapa besar skala ekonomi yang kini terancam.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *