Medan, HarianBatakpos.com – Industri peternakan menjadi sektor yang paling terdampak buruk wabah virus flu burung H5N1. Sejak Oktober 2021, lebih dari 280 juta burung telah mati akibat virus ini, menimbulkan kekhawatiran akan potensi penyebarannya ke manusia.
Tidak hanya menyerang spesies burung, virus H5N1 juga menginfeksi spesies yang terancam punah serta mamalia. Organisasi Act for Farmed Animals (AFFA), bersama dengan Koalisi NGO Sinergia Animal, mendesak pemerintah untuk menangani penyebab utama krisis ini, yaitu peternakan industri intensif, dilansir dari Suara.com.
Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1996 di China, H5N1 menyebar secara global dan menyebabkan kematian massal pada burung. “Para ahli sepakat bahwa krisis ini memerlukan perhatian global yang mendesak,” kata Among Prakosa, Direktur Pengelola AFFA.
H5N1 memiliki tingkat kematian 50% pada manusia, jauh lebih tinggi dibandingkan COVID-19 yang hanya 1,7%. Berdasarkan riset terbaru di Universitas Harvard, ditemukan adanya hubungan erat antara peternakan industri dan risiko penyakit zoonotik yang dapat berpindah dari hewan ke manusia.
Laporan tersebut merekomendasikan pengurangan industri peternakan hewan intensif secara global. Program Lingkungan PBB (UNEP) juga menegaskan bahwa praktik peternakan industri intensif dapat memicu pandemi berikutnya jika tidak ada perubahan signifikan.
Pada tahun 2024, wabah flu burung kembali merebak di berbagai belahan dunia, dan Indonesia masih merupakan daerah endemis flu burung. Sejak virus ini terdeteksi pada burung di awal tahun 2004, lebih dari 29 juta burung telah dimusnahkan sebagai langkah penanggulangan.
Pemerintah terus memperkuat pengawasan dan langkah pencegahan, menunjukkan komitmen Indonesia dalam melindungi kesehatan masyarakat. AFFA menegaskan bahwa solusi untuk krisis H5N1 adalah menghentikan praktik peternakan pabrik yang menciptakan kondisi ideal bagi penyebaran penyakit.
Sudah saatnya kita menghentikan pendanaan untuk praktik merusak ini dan mulai berinvestasi dalam alternatif berbasis nabati yang lebih manusiawi dan berkelanjutan. Krisis flu burung ini menunjukkan bahaya dari pola hidup yang tidak berkelanjutan serta industri peternakan intensif.
Komentar