Nasional
Beranda » Berita » Krisis Pekerjaan Layak, Kelas Menengah Indonesia Menyusut: Banyak Terjebak Jadi Driver Ojol

Krisis Pekerjaan Layak, Kelas Menengah Indonesia Menyusut: Banyak Terjebak Jadi Driver Ojol

ilustrasi

Jakarta, harianbatakpos.com – Kelas menengah di Indonesia semakin tergerus, dengan banyaknya warga yang beralih ke pekerjaan informal sebagai driver ojek online (ojol) dan kurir.

Sulitnya memperoleh pekerjaan layak di sektor formal menjadi penyebab utama fenomena ini.

Menurut Yorga Permana, dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (ITB), mayoritas driver ojol sebenarnya ingin beralih ke sektor formal. Namun, minimnya pilihan pekerjaan, membuat mereka terjebak dalam dunia ‘gig economy’.

Tel Aviv Hancur: Iran Balas Serangan Israel dengan Rudal Mematikan!

“Dari penelitian saya, 66% dari mereka ingin bekerja sebagai pegawai atau buruh di sektor formal. Sayangnya, mereka tidak punya pilihan lain dan akhirnya tetap bekerja di sektor gig,” jelas Yorga dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Senin (9/9/2024).

Ancaman Terhadap Ekonomi

Yorga menambahkan bahwa tingginya angka pekerja di sektor gig ini membawa dampak serius bagi perekonomian. Mereka tidak memiliki pendapatan yang stabil, yang menghambat kemampuan mereka untuk bergerak naik ke kelas menengah.

“Banyak dari mereka berada di kelompok rentan atau paling tinggi, ‘aspiring middle class’,” ujarnya.

Gaji Kepala Daerah Rendah, Korupsi Tinggi: Apa Solusinya?

Sebagian besar pekerja gig tinggal di perkotaan, dengan 25% driver ojol berasal dari Jabodetabek dan 40% dari Pulau Jawa. Selama 10 tahun terakhir, sektor ini menjadi salah satu penyumbang utama lapangan kerja baru di Jakarta.

“Secara keseluruhan, tidak ada peningkatan signifikan dalam pekerjaan di sektor formal, tetapi jumlah pekerja di bidang logistik dan self-employment meningkat pesat,” tambah Yorga.

Krisis Pekerjaan Layak

Penurunan kelas menengah semakin nyata setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa antara 2019-2024, sekitar 9,48 juta orang kelas menengah turun ke kelas ekonomi yang lebih rendah, sebagian besar akibat pemutusan hubungan kerja selama Pandemi Covid-19.

Namun, menurut ekonom senior INDEF, Bustanul Arifin, penurunan kelas menengah ini juga disebabkan oleh kegagalan transformasi struktural ekonomi Indonesia.

“Deindustrialisasi dini dan kurangnya kesinambungan transformasi dari sektor pertanian ke industri dan jasa membuat masyarakat sulit mendapatkan pekerjaan layak,” jelasnya.

Dengan tidak adanya perbaikan struktural ekonomi yang signifikan, kelas menengah Indonesia berisiko semakin menyusut, dan lapangan pekerjaan layak kian menjadi barang langka. (BP/CW1)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Postingan Terpopuler

BatakPos TV

Kominfo Padang Sidempuan

Kominfo Padang Sidempuan