Jakarta – Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Kaesang Pangarep, melakukan pertemuan dengan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, di Komplek Kantor Gubernur Kepatihan Yogyakarta pada Minggu, 14 Januari 2024. Meskipun pertemuan ini dijelaskan oleh pihak Pemerintah DIY sebagai dialog santai mengenai situasi kenegaraan, tidak ada pembahasan terkait Ade Armando, kader dan caleg PSI yang sebelumnya menciptakan kontroversi dengan pernyataannya mengenai politik dinasti di Yogyakarta.
Sehari sebelum pertemuan Kaesang dengan Sultan HB X, Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, dalam konsolidasi PDIP di Yogyakarta pada Sabtu, 13 Januari 2024, menyuarakan kritik terhadap PSI. Hasto menyatakan bahwa PSI telah melupakan sejarah keistimewaan Yogyakarta setelah pernyataan kontroversial Ade Armando. Menurut Hasto, sikap PSI yang dianggap “ahistoris” ini membuat partai tersebut tidak pantas untuk beroperasi di Yogyakarta, yang merupakan bekas ibu kota republik pada masa kemerdekaan.
“Hal-hal seperti ini menunjukkan sifat yang ahistoris. PSI tidak layak untuk eksis di Yogyakarta yang merupakan bumi yang menggelorakan semangat menjaga kedaulatan negara,” ungkap Hasto.
Hasto menambahkan bahwa Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, memiliki hubungan erat dengan Yogyakarta, dan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, juga memiliki sejarah kuat dengan kota tersebut. Ganjar, sebagai anggota DPR RI, berperan dalam perjuangan untuk merumuskan Undang-Undang Keistimewaan Yogyakarta, sementara Mahfud MD, sebagai Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, meluruskan sejarah Serangan Umum 1 Maret. Hasto menegaskan peran penting Sultan HB IX dalam konsolidasi negara pada masa sulit tersebut.
Komentar