Jakarta, harianbatakpos.com – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah akibat dampak geopolitik dari perang Iran-Israel dan kekhawatiran pasar terhadap arah kebijakan moneter bank sentral AS atau The Fed.
Menurut Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, konflik bersenjata antara Iran dan Israel yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda telah meningkatkan permintaan terhadap aset aman seperti dolar AS. “Pagi ini kita lihat indeks dolar AS menguat di level 98,77 dibandingkan kemarin yang berada di 98,20. Ini menunjukkan tekanan terhadap rupiah semakin kuat,” ujarnya di Jakarta, Rabu (tanggal sesuai publikasi).
Tjendra menambahkan, konflik geopolitik Timur Tengah, terutama dukungan militer Amerika Serikat terhadap Israel, menjadi faktor utama penguatan dolar. Hal ini berdampak langsung terhadap pelemahan kurs rupiah, karena investor global cenderung menghindari aset negara berkembang saat situasi global tidak stabil.
Selain ketegangan geopolitik, pasar juga mencermati arah kebijakan suku bunga The Fed. Meski sebelumnya agresif menaikkan suku bunga, kini pasar menilai Federal Reserve mungkin akan mengambil sikap lebih dovish karena perekonomian AS mengalami tekanan. “Jika The Fed menunjukkan sinyal pelonggaran, maka ini bisa menjadi katalis positif bagi rupiah ke depan. Tapi saat ini, sentimen itu belum terlihat jelas,” kata Ariston.
Situasi ini menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah sangat rentan terhadap dinamika eksternal, terutama yang menyangkut kebijakan ekonomi global dan konflik internasional.
Ikuti saluran harianbatakpos.com di WhatsApp:https://whatsapp.com/channel/0029VbAbrS01dAwCFrhIIz05
Komentar