Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan pada awal perdagangan hari ini, dipicu oleh rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) triwulan IV-2023 Amerika Serikat yang menunjukkan kinerja ekonomi lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya.
Kurs rupiah terhadap dolar AS yang diperdagangkan antarbank di Jakarta dibuka merosot sebanyak 13 poin atau 0,08 persen, menjadi Rp15.839 per dolar AS dari posisi sebelumnya sebesar Rp15.826 per dolar AS.
Menurut pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra, “Rupiah berpotensi melemah lagi terhadap dolar AS. Data ekonomi AS yang ditunggu pasar semalam, yaitu data PDB triwulan IV-2023, dirilis lebih bagus dari ekspektasi pasar.”
Data tersebut menunjukkan pertumbuhan PDB AS triwulan IV-2023 sebesar 3,3 persen, meskipun mengalami penurunan dari 4,9 persen pada triwulan sebelumnya, namun tetap lebih tinggi dari perkiraan sebesar 2 persen. Ariston menjelaskan bahwa hal ini menandakan kekuatan ekonomi AS dan memberikan konfirmasi kepada pasar bahwa bank sentral AS atau The Fed tidak akan terburu-buru memangkas suku bunga acuannya, meskipun terjadi penurunan inflasi AS.
Di sisi lain, kinerja PDB AS yang masih positif tersebut dapat memberikan sentimen positif ke aset berisiko. Hal ini berarti bahwa ekonomi AS masih mampu memberikan dampak positif terhadap perekonomian global.
Ariston memperkirakan potensi pelemahan rupiah terhadap dolar AS hari ini mencapai kisaran Rp15.850 per dolar AS hingga Rp15.880 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran Rp15.760 per dolar AS.
Pasar keuangan dan pelaku usaha di Indonesia diimbau untuk memperhatikan dengan cermat perkembangan nilai tukar rupiah dan faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pergerakan pasar ke depan.
Komentar