Manusia pada umumnya berlomba untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, namun sering sekali tanpa sadar seseorang tersebut memenuhi keinginan nya bukan kebutuhan nya, dengan alibi bahwa yang ia lakukan adalah sebagai bentuk self reward (penghargaan diri). Nyatanya hal ini menjadi alasan bagi banyak orang untuk membenarkan apa yang disebut dengan Hedonisme atau hidup secara berlebihan.
Gaya hidup Hedonisme cenderung dimiliki oleh seseorang yang ingin terlihat hebat di hadapan orang lain sehingga dia tidak bisa mengkontrol rasa gengsi nya di hadapan banyak orang. Keadaan ini tentunya membuat seseorang cenderung memaksakan apa yang dia inginkan terjadi dan menjalani gaya hidup yang berlebihan dari seharusnya. Hal ini tentunya bersifat negatif karena menjadikan kita pribadi yang hedon/boros dan meningkatkan budaya konsumtif.
Lalu manakah yang lebih penting ? memenuhi apa yang kita inginkan atau apa yang kita perlukan? Tentu ini menjadi suatu pertanyaan yang menarik untuk kita bahas pada Tulisan kali ini.
Sering sekali hal-hal yang kita inginkan belum tentu menjadi apa yang kita perlukan, oleh sebab itu banyak orang yang keliru karena masih belum bisa membedakan antara keinginan dengan keperluan sehingga hal ini menimbulkan satu tindakan yaitu impulsive buying. Hal ini mengarah kepada pemuasan keinginan kita semata tanpa mempertimbangkan dampak apa yang akan kita hasilkan dari tindakan ini. Zaman mungkin berkembang tapi siapa sangka pemikiran manusia masih sama sepanjang zaman. Hal ini didasari oleh sebuah pola pikir (mindset) seseorang yang menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan perlahan-lahan bergeser dari kata perlu menjadi ingin.
Fakta nya dunia sedang tidak baik-baik saja, hal ini dikarenakan adanya ancaman terhadap stabilitas ekonomi global yang bernama Resesi. Hal ini diprediksi dapat menyerang semua jenis negara termasuk negara maju sekalipun. Tahun 2023 sudah mulai berjalan, dan tidak satupun dari kita yang mengetahui apa yang akan terjadi di tahun ini. Pemerintah Indonesia tampaknya sudah melakukan langkah pencegahan dengan melakukan berbagai penyuluhan termasuk dalam beberapa pidato kepresidenan yang menyinggung tentang ancaman dan bahaya dari Resesi itu sendiri.
Jika perekonomian Indonesia diserang oleh Resesi maka angka pengangguran akan melonjak drastis dan uang akan semakin sulit untuk di dapat. Apakah kita siap dengan itu semua? Tentu saja tidak. Namun faktanya ada cara bijak untuk dapat bertahan hidup jika Resesi terjadi di Indonesia, hanya dengan 2 kata yaitu Hemat dan Menabung.
Mendengar kata Hemat pasti kita langsung memikirkan untuk Menabung, ya dua hal ini berjalan berbarengan sebagai solusi dari Resesi yang akan terjadi. Pernah kah kita menghitung pengeluaran kita selama sebulan? Jika pernah kita pasti terkejut pada awalnya karena tidak sadar sudah menghabiskan begitu banyak uang dalam sebulan hanya untuk melakukan aktivitas yang kita sukai.
Namun tanpa sadar, Ketika kita melakukan penghitungan dalam keuangan kita pasti ada saja pengeluaran yang tidak terduga seperti membeli kopi di café favorit atau justru membeli barang-barang yang sedang diskon. Kegiatan seperti inilah yang harus kita hindari agar kita dapat menghemat dan memiliki tabungan yang cukup untuk menghadapi Resesi. Hal ini bisa kita lakukan jika kita mengingat kata bertahan hidup lebih penting dari gaya hidup, daripada kita terus menerus berbelanja barang yang kita inginkan namun bukan barang yang kita perlukan, lebih baik kita menabung bukan?
Resesi bukan soal kaya dan miskin atau mapan dan pengangguran sehingga siapapun dapat merasakan dampak dari Resesi ini jika tidak memiliki persiapan yang baik secara finansial. Dalam Galatia 5 :16-17 dikatakan “Maksudku ialah : hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging – karena keduanya bertentangan – sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki”
Dari ayat diatas kita dapat belajar bahwa Tuhan mengkehendaki kehidupan oleh Roh bukan oleh daging, karena sesungguhnya keduanya itu bertentangan. Sehingga jika kita hidup menurut keinginan daging yang kita ibaratkan hidup dengan Hedonisme, kita memang akan mendapatkan kesenangan duniawi yang sangat luar biasa namun itu bersifat sementara sedangkan jika kita hidup menurut keinginan Roh, kita tidak akan terbuai oleh kenikmatan duniawi yang sementara, justru sebagai gantinya kita akan mendapatkan kebahagiaan yang sejati dari Tuhan yang merupakan buah dari kesetiaan mengikut Dia.
Pilihan Kembali kepada pribadi kita masing-masing, masih mementingkan Gaya hidup atau ingin Bertahan hidup? Mari kita refleksikan ke diri kita masing-masing. Bob Marley pernah mengatakan demikian “bergayalah sesuai isi dompet, karena yang beneran punya gak akan berkoar-koar kayak yang pura-pura punya”.
Komentar