Samuel Kesuma, seorang Senior Portfolio Manager di PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), telah memproyeksikan bahwa nilai tukar rupiah akan menguat di kisaran Rp14.900-15.300 per dolar AS hingga akhir tahun. Menurut Samuel, pelemahan nilai tukar yang terjadi saat ini merupakan lonjakan temporer yang lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor global.
“Dampak pelemahan nilai tukar rupiah belakangan ini lebih terkait dengan faktor-faktor global, dan langkah-langkah yang telah diambil oleh Bank Indonesia (BI) sesuai dengan fokusnya untuk menjaga stabilitas nilai tukar,” ujar Samuel dalam keterangan resmi di Jakarta pada hari Selasa.
Situasi saat ini telah mendorong Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuan. Suku bunga acuan BI, atau yang biasa disebut BI-Rate, tetap stabil di angka 6 persen.
BI terus menguatkan bauran kebijakan untuk menjaga nilai tukar melalui intervensi di pasar mata uang dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder, yang diharapkan akan memberikan dukungan bagi pasar obligasi.
Pada hari Selasa, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat, didukung oleh surplus Neraca Perdagangan RI. Kurs rupiah naik 17 poin atau 0,10 persen menjadi Rp16.220 per dolar AS pada penutupan perdagangan, dibandingkan dengan sebelumnya yang berada di Rp16.237 per dolar AS.
Menurut Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, sentimen positif bagi rupiah berasal dari rilis data neraca perdagangan Indonesia untuk Maret 2024. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus perdagangan mencapai 4,47 miliar dolar AS, melebihi ekspektasi pasar sebesar 1,23 miliar dolar AS, dan juga jauh lebih tinggi dari surplus Februari 2024 yang hanya sebesar 834 juta dolar AS.
Komentar