Salak, harianbatakpos.com – Perjuangan Pahlawan Nasional Raja Sisingamangaraja XII dalam melawan penjajah Belanda, juga sampai ke wilayah Pakpak Bharat. Kabupaten ini sendiri adalah hasil pemekaran dari Dairi.
Di Pakpak Bharat, sampai saat ini, masih ada peninggalan Raja Sisingamangaraja XII. Yaitu, sebuah mata air, yang diyakini tidak pernah kering.
Fakta ini muncul kembali, saat Bupati Pakpak Bharat Franc Bernhard Tumanggor mengajak Danrem 023/KS Kolonel Inf Jansen P Nainggolan MSc mengunjungi Mata Air Peninggalan Raja Sisingamangaraja XII, di Desa Salak II, Kecamatan Salak, Pakpak Bharat.
Perjalanan ini dilaksanakan dalam kunjungan silaturahmi Danrem 023/KS ke Rumah Dinas Bupati Pakpak Bharat. Sekaligus juga mengenang perjuangan Raja Sisingamangaraja XII di Tanah Simsim.
Di lokasi mata air ini, Danrem 023/KS bersama Bupati melihat kondisi mata air yang konon pernah dipergunakan Raja Sisingamangaraja XII untuk menunjang perjuangannya melawan penjajah Belanda. Bupati bersama Danrem juga berdialog dengan masyarakat sekitar, mengenai keberadaan mata air dimaksud.
Di masa perjuangannya melawan penjajah Belanda, Raja Sisingamangaraja XII pernah menjadikan Tanah Simsim sebagai basis perjuangan. Bersama para pejuang dari Tanah Pakpak, Aceh, dan daerah lain yang terus setia menjaganya, mereka membangun benteng pertahanan di Dusun Sumbul, Desa Traju, bersembunyi dari kejaran pasukan Belanda hingga 20 tahun lamanya.
Bersama para pejuang asli Tanah Pakpak, Sisingamangaraja XII mampu bertahan selama bertahun-tahun, memanfaatkan kondisi geogerafis Tanah Simsim berupa hutan dan pegunungan yang sulit, serta keunggulan pemahaman medan.
Raja Sisingamangaraja XII diketahui meninggal terkena tembakan pasukan Belanda dalam sebuah pertempuran yang menentukan dengan Pasukan Marsose, pasukan elite anti-gerilya Belanda pada 17 Juni 1907, usai menolak untuk menyerah, di tepian Sungai Aek Sibulbulon Desa Sionom Hudon, Parlilitan (sekarang Kabupaten Humbang Hasundutan). (RjP)
Komentar