Medan, HarianBatakpos.com – Kondisi kesehatan masyarakat di Aceh Tenggara memprihatinkan dengan terdata 21 kasus Human Immunodeficiency Virus dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) sepanjang tahun 2024 hingga awal 2025. Hal ini menjadi perhatian serius bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tenggara, yang mencatat adanya peningkatan jumlah pengidap HIV/AIDS dalam periode tersebut.
Menurut Sukrimanto, SKM, Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Aceh Tenggara, dari total 21 kasus yang tercatat, empat di antaranya berakhir dengan kematian. “Jumlah kasus HIV/AIDS sampai akhir Februari tahun 2025 dari data yang diterima Dinkes Aceh Tenggara totalnya ada sebanyak 21 kasus,” ungkapnya. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2023, hanya terdapat sembilan kasus, yang menunjukkan tren yang mengkhawatirkan, dilansir dari metropolis.id.
Sebagian dari penderita HIV/AIDS ini telah mendapatkan perawatan di RSUD Sahudin Kutacane, yang menyediakan klinik VCT untuk diagnosis dan konseling. “Sehingga bisa berobat maupun konsultasi ke klinik tersebut,” kata Sukrimanto. Namun, ketersediaan obat antiretroviral (ARV) masih terbatas, hanya terdapat di RSUD Sahudin dan tidak di puskesmas-puskesmas setempat.
Dinas Kesehatan dan puskesmas setempat telah melakukan berbagai upaya pencegahan. Skrining HIV kepada ibu hamil dan kelompok berisiko menjadi salah satu langkah yang diambil. “Jika ada temuan, maka pasien langsung dirujuk ke RSUD Sahudin Kutacane untuk secepatnya tindak lanjuti upaya pengobatannya,” tambah Sukrimanto. Upaya ini diharapkan dapat mengurangi penularan dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang HIV/AIDS.
Dalam konteks ini, penting bagi masyarakat untuk tetap waspada dan mendukung upaya pencegahan serta penanganan HIV/AIDS agar angka pengidap tidak terus meningkat.
Komentar