Jakarta-BP: Perang dagang Amerika Serikat (AS)-China diklaim memberikan berkah tersendiri bagi perajin tahu tempe.
Dalam kunjungan ke Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia, Jakarta Barat, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita bilang perang dagang telah menyebabkan penurunan harga kedelai AS.
Ini setelah China menerapkan bea masuk yang tinggi bagi produk tersebut sebagai retaliasi atas kebijakan dagang Negeri Paman Sam.
“AS mengalami kesulitan menjual kedelai karena dikenakan bea masuk tinggi oleh China. Kita harus mengambil peluang ini,” ujarnya di depan para perajin tahu dan tempe di Kalideres, Rabu (19/9/2018).
Merespons kondisi itu, Kemendag bersama beberapa perusahaan importir kedelai bertolak ke AS untuk menegosiasikan pembelian kedelai dengan harga miring. Pembelian dilakukan langsung dari petani AS.
“Terkait fluktuasi dolar, kita bisa mengamankannya dengan swap,” kata Enggar.
Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia Aip Syarifuddin menjelaskan, pihaknya memperoleh kedelai dari importir dengan harga yang tetap sama dalam beberapa bulan terakhir.
“Sejak Mei, harga kedelai di tingkat importir sekitar Rp 7.050/kg. Itu di saat kurs dolar masih sekitar Rp 13 ribuan. Sekarang, dengan dolar menyentuh Rp 14.800, harga kedelai juga masih sama,” ujar Aip.
Dia menjelaskan, dahulu alur penjualan kedelai melewati beberapa rantai pasok, yaitu importir-distributor-pedagang besar-Primkopti/Gakopti-pedagang kecil.
Kini, Kemendag berupaya memotong rantai pasok itu. Dengan demikian, importir kedelai bisa langsung menjual produk kepada koperasi perajin tahu tempe.
“Dulu harga ke kita bisa Rp 7.500/kg, sekarang Rp 7.350/kg,” kata Aip. (Cnbc/JP)
Komentar