Medan, harianbatakpos.com – Hari ini, Indonesia kembali memperingati salah satu peristiwa paling kelam dalam sejarah bangsanya, yaitu Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S PKI). Lebih dari 59 tahun berlalu sejak tragedi ini terjadi, namun luka yang ditinggalkannya masih terasa hingga kini. Tragedi ini membawa dampak besar bagi perjalanan politik, sosial, dan kemanusiaan Indonesia, dan selalu diingat setiap tahunnya sebagai peringatan akan pentingnya menjaga keutuhan dan ideologi bangsa.
Pada malam itu, 30 September 1965, enam jenderal TNI Angkatan Darat dibunuh secara kejam dalam sebuah upaya kudeta yang dipimpin oleh unsur PKI. Di tengah situasi politik yang penuh ketidakpastian akibat kesehatan Presiden Soekarno yang menurun, ketegangan antara PKI dan TNI mencapai puncaknya. Peristiwa ini dipicu oleh persaingan untuk mengisi kekosongan kekuasaan yang muncul, dengan PKI yang merasa terancam oleh kemungkinan dominasi TNI dalam proses transisi kepemimpinan.
Letnan Kolonel Untung, dengan pasukan Resimen Tjakrabirawa, memimpin penculikan dan pembunuhan para jenderal, termasuk Letnan Jenderal Ahmad Yani dan Brigadir Jenderal D.I. Panjaitan. Mereka dibunuh secara brutal dan jenazah mereka dibuang ke sebuah sumur di Lubang Buaya, yang hingga hari ini menjadi simbol betapa mengerikannya dampak kekerasan politik. Monumen Pancasila yang didirikan di lokasi tersebut menjadi saksi bisu dan pengingat bagi generasi mendatang agar tidak melupakan kejadian ini.
Namun, di balik tragedi ini, tersimpan banyak pelajaran berharga bagi bangsa, terutama bagi generasi muda yang lahir jauh setelah peristiwa ini terjadi. G30S PKI bukan hanya tentang pertumpahan darah, tetapi juga tentang betapa rentannya sebuah bangsa ketika perpecahan ideologi melanda. Pancasila, yang merupakan landasan dasar Indonesia, terancam akan diganti dengan ideologi komunis. Jika hal itu terjadi, mungkin wajah Indonesia akan sangat berbeda dari yang kita kenal sekarang.
Peristiwa ini juga mengingatkan kita akan pengorbanan para pahlawan yang gugur dalam mempertahankan Pancasila dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Para jenderal yang menjadi korban G30S PKI, seperti Ahmad Yani dan D.I. Panjaitan, adalah sosok-sosok yang berani dan setia kepada bangsa hingga akhir hayat mereka. Tidak hanya mereka, ada juga korban lain seperti Ade Irma Suryani, putri dari Jenderal A.H. Nasution, yang menjadi simbol kepedihan akibat keganasan tragedi ini. Nyawa seorang anak tak berdosa hilang, mengingatkan kita bahwa kekerasan politik selalu memakan korban yang lebih luas dari sekadar pelaku politik itu sendiri.
Kini, lebih dari setengah abad setelah peristiwa tersebut, peringatan G30S PKI bukan sekadar mengenang masa lalu, melainkan juga sebuah panggilan untuk generasi muda Indonesia. Di tengah derasnya arus globalisasi dan berbagai tantangan ideologis yang datang dari luar, generasi penerus bangsa harus memahami bahwa Indonesia dibangun atas dasar keberagaman dan Pancasila adalah perekat yang menyatukan kita.
Peristiwa ini menjadi pengingat keras bahwa perpecahan bisa menghancurkan bangsa. Ideologi apapun yang berusaha menggantikan Pancasila harus ditolak, karena Pancasila adalah fondasi yang telah mempersatukan Indonesia dengan segala perbedaan suku, agama, ras, dan golongan.
Meskipun G30S PKI meninggalkan luka mendalam, bangsa Indonesia harus terus maju dengan membawa semangat persatuan. Setiap peringatan ini menjadi kesempatan bagi kita semua untuk mengingat pentingnya menjaga kedamaian dan stabilitas negara. Monumen Pancasila dan Lubang Buaya bukan hanya tempat bersejarah, tetapi juga simbol perjuangan dan pengorbanan untuk menjaga nilai-nilai yang kita pegang teguh.
Dalam perjalanan bangsa yang masih panjang, pelajaran dari peristiwa ini diharapkan dapat membentuk karakter bangsa yang lebih kuat, tangguh, dan selalu waspada terhadap ancaman yang datang dari dalam maupun luar negeri. Mari kita jadikan tragedi ini sebagai pengingat akan pentingnya persatuan dan menjunjung tinggi Pancasila sebagai ideologi bangsa yang tidak tergantikan.
Hari ini, Indonesia tidak hanya mengenang tragedi, tetapi juga merayakan kebersamaan, keberanian, dan keteguhan dalam mempertahankan kedaulatan bangsa. Tragedi G30S PKI adalah luka, tetapi di dalamnya juga ada harapan yang terus tumbuh untuk masa depan yang lebih baik. BP/CW1
Komentar