Jakarta-BP: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan pemerintah akan terus waspada dengan dampak dari kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) Fade Rate sebanyak 25 basis poin pada Rabu (26/9) waktu setempat.
Menurut dia, Indonesia harus segera menyesuaikan diri dengan kondisi di masa depan, ketika pengetatan likuiditas semakin terasa.
Sri Mulyani mengatakan dampak dari kenaikan suku bunga The Fed tidak hanya terasa di Indonesia, tetapi juga negara-negara berkembang yang selama ini telah merasakan aliran likuiditas yang membuncah selama bertahun-tahun. Hal itu terjadi sebagai berkah dari rendahnya tingkat suku bunga acuan AS sebagai imbas dari kebijakan pelonggaran moneter (quantitative easing) Negeri Paman Sam.
“Ini adalah masa-masa normal yang tentu harus diantisipasi. Kenaikan suku bunga acuan Fed ini akan sangat berpengaruh ke ekonomi global, utamanya negara berkembang yang selama ini menikmati banyaknya modal masuk,” jelas Sri Mulyani (27/9).
Kenaikan suku bunga acuan ini juga dianggap menambah ketidakpastian global setelah muncul tensi geopolitik dan perang dagang antara negara-negara maju beberapa waktu lalu. Maka itu, mau tak mau, langkah yang bisa dilakukan Indonesia adalah menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.
Meski demikian, ia menilai momentum pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat masih akan terbuka bagi Indonesia. Di tengah ketidakpastian global, Indonesia membukukan pertumbuhan ekonomi 5,27 persen pada kuartal II lalu, dipicu konsumsi rumah tangga. Ke depan, ekonomi diharapkan bisa tumbuh mencapai 5,3 persen pada 2019.
Hanya saja, ia tak menampik ketidakpastian global akan menyumbat pertumbuhan investasi dan ekspor, yang merupakan dua dari empat komponen pembentuk Produk Domestik bruto (PDB).
Seperti diketahui, investasi pada kuartal II tumbuh di level 5,87 persen. Padahal pertumbuhan investasi selalu di atas 7 persen sejak kuartal III 2017. Sementara itu, pertumbuhan ekspor hanya mencapai 7,7 persen sebagai imbas dari perang dagang dan pertumbuhan ekonomi global yang moderat pascakrisis ekonomi 2008.
“Indonesia selalu bertahan dari banyak perubahan yang terjadi di global, makanya kami akan selalu hati-hati, tapi bukan berarti kami panik,” jelasnya.
The Fed menaikkan bunga acuan 25 bps ke kisaran 2-2,25 persen. Kenaikan itu tercatat yang ketiga kalinya sepanjang tahun ini. Suku bunga The Fed diperkirakan masih akan naik satu kali lagi pada akhir tahun ini, tiga kenaikan pada 2019, dan satu kenaikan pada 2020 mendatang.
The Fed percaya diri ekonomi AS masih akan bertumbuh setidaknya dalam tiga tahun ke depan. Hal ini yang menjadi alasan bank sentral AS tersebut mempertahankan kebijakan moneter ketat dengan menaikkan kembali suku bunga acuannya.
(CnnIndonesia) BP/JP
Komentar