Medan, HarianBatakpos.com – Kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto telah menjadi sorotan publik, terutama setelah keputusan kontroversial yang diambil oleh grup band Sukatani. Dalam konteks ini, Sukatani menolak tawaran menjadi duta kepolisian dari Kapolri. Keputusan ini mencerminkan sikap tegas mereka terhadap tekanan dan intimidasi yang dialami.
Pernyataan Sukatani melalui akun Instagram resmi mereka menyatakan, “Bahkan khusus kepada Sukatani, tawaran menjadi Duta Polisi dari Kapolri, dengan itu kami menolak dengan tegas tawaran menjadi Duta Kepolisian.” Hal ini menunjukkan bahwa mereka memilih untuk mempertahankan integritas atas nama kreativitas dan kebebasan berekspresi, dikutip dari kompas.com.
Dalam pernyataan yang sama, Sukatani juga mengungkapkan adanya tekanan dari pihak kepolisian sejak Juli 2024. Mereka merilis video klarifikasi dan permintaan maaf atas lagu “Bayar Bayar Bayar” sebagai respons terhadap tindakan tersebut. “Tekanan dan intimidasi dari kepolisian terus kami dapatkan,” tulis mereka. Ini menandakan bahwa ada tantangan serius bagi para seniman dalam menyampaikan kritik sosial.
Dari sudut pandang kepemimpinan Prabowo Subianto, penting untuk memahami dinamika yang terjadi di masyarakat. Kebebasan berekspresi merupakan hak asasi yang harus dihargai. Namun, bagaimana pemerintah menanggapi kritik dari masyarakat, terutama dari kalangan seniman, menunjukkan sikap demokratis yang perlu diperkuat.
Sebagai penutup, tindakan Sukatani dalam menolak tawaran tersebut mencerminkan keberanian dan komitmen mereka terhadap prinsip-prinsip kebebasan. Dalam konteks kepemimpinan Prabowo Subianto, perlu ada ruang untuk dialog yang konstruktif antara pemerintah dan masyarakat.
Komentar