Daerah Kota Medan
Beranda » Berita » DR Robert Tua Siregar Bicara Soal Pembangunan Pendopo Di Rumah Dinas Gubsu

DR Robert Tua Siregar Bicara Soal Pembangunan Pendopo Di Rumah Dinas Gubsu

Medan-PB: Pakar Sosiolog USU DR Robert Tua Siregar terpaksa angkat komentar soal keberadaan proyek pembangunan Pendopo dan kolam ikan di kompleks Rumah Dinas Gubernur Sumatera Utara(Gubsu).

Sebab baginya, pembangunan gedung pendopo dan kolam ikan itu benar-benar merusak keindahan lingkungan dan menghilangkan nilai heritage di lingkungan Rumdis Gubsu tersebut.

Menurut DR Robert Tua Suregar, dalam membagun segala sesuatu nya harus terlebih dahulu melalui kajian ataupun pembahasan mulai dari arti dan makna, keberadaannya, keuntungan serta masalah maupun tantangannya.

KPK Tetapkan Kadis PUPR Sumut Topan Ginting sebagai Tersangka Korupsi Proyek Jalan

Pada dasarnya arsitektur heritage adalah merupakan sesuatu yang sangat penting bagi sebuah kota. Mengapa Bangunan Heritage Sangat Penting Untuk Kota Kita?

Saat ini kita melihat dan menyaksikan sendiri tentang renovasi besar-besaran pada lingkungan Rumdis Gubsu di Jalan Sudirman Medan.

Bangunan heritage sangat mengandung nilai penting unsur kebudayaan. Karena heritage  memiliki nilai Estetik dari eksterior maupun interiornya, Nilai Spiritual dimana ia memiliki posisi penting dalam suatu agama ataupun kepercayaan misalnya dalam kasus masjid ataupun gereja serta kuil di Tibet.

Nilai Sosial, bangunan heritage mampu memberi ikatan dalam suatu komunitas dan menciptakan unsur landmark suatu tempat.

Profil M Anwar Wali Kota Jakarta Selatan

Nilai Sejarah, bangunan heritage mampu memberi bukti yang masih tentang suatu peradaban manusia, Nilai Simbolis, bangunan heritage mampu mewakili status sosial dari masyarakat tertentu, Nilai Otentik, bentuk asli interior dan eksterior bangunan heritage mewakili suatu keunikan.

Dari sisi bangunan bersejarah, Rumah Dinas Gubsu di Jalan Sudirman itu merupakan herritage yang wajib dilindungi dan dijaga keasriannya. Menambah bangunan lain di atas areal yang sudah tertata dan terpelihara dengan baik, berarti tidak menghargai nilai-nilai warisan bersejarah, Itu dari satu sisi.

Semua nila-nilai tersebut menyumbangkan nilai lebih untuk individu maupun komunitas terkait  (Throsby,2001;Hernowo, et al., 2013).

Kita semua tahu bahwa pada dasarnya arsitektur herritage adalah merupakan sesuatu yang sangat penting bagi sebuah kota. Hal tersebut dikarenakan Pertama, mampu sebagai pendorong elemen utama urban “decorum” (perilaku beradap yang sangat pantas dan mendorong situasi sosial yang nyaman).

Kedua, sebagai penanda kehidupan dan sejarah kota, yaitu sebagai unsur penentu identitas kota. Ketiga, sebagai pendukung ruang terbuka yang di jaga dan dibuat untuk semua anggota masyarakat guna membangun suatu aktivitas, yang bisa jadi juga merupakan sebuah laboratorium kerja komunitas, pusat kegiatan sosial, galeri seni dan lain sebagainya.

Keempat, bangunan sejarah dapat di pertahankan, di transformasi dan disesuaikan menjadi fasilitas lain yang mampu menciptakan daya tarik kota dan mendukung penampilan bidang usaha untuk kegiatan ekonomi kebudayaan.

Setiap bangunan di dalam sebuah kota adalah a man made space (ruang karya manusia) yang tergantung dari imagenasi karya sang arsitek berikut ruang dan waktu yang melingkupinya. Arsitektur heritage dalam sebuah kota juga merupakan testimoni display material, termasuk teknologi dan gaya konstruksi yang diterapkan.

Setiap kota, dengan segala proses perubahan strukturnya mewakili secara langsung image evolusi dari penghuninya. Oleh karena itu, bangunan cagar budaya dalam bentuk arsitektur visual dipercaya lebih stabil dan lebih lama bertahan dari pada kebudayaan verbal yang ada.

8 pelestarian bangunan pusaka bisa dilakukan dengan tetap memperhitungkan manfaat bangunan tersebut. Fungsi bangunan pusaka bisa diubah sesuai dengan perkembangan zaman tanpa menghilangkan bentuk dan ruh bangunan.

Hal itu terungkap dalam talk show Olah Desain dan Pengembangan Ekonomi Arsitektur Pusaka, Kamis (16/7), di Kantor Bank Indonesia, Yogyakarta. Eric Lechner dari University of Technology Viena Austria mengatakan, di tempat asalnya, pemerintah kota Viena telah mengelola bangunan tua di wilayahnya sehingga bangunan-bangunan tersebut menjadi pusat kegiatan kota.

Dalam pengelolaan itu, fungsi bangunan berubah tanpa menghilangkan ciri-ciri arsitektur lama pada bangunan. Memori kolektif terhadap bangunan menjadi hilang.

8 bangunan menjadi tidak manusiawi sehingga orang jadi enggan untuk masuk, Untuk merenovasi dan revitalisasi harus dengan olah desain arsitektur memang sangat mementingkan memori kolektif terhadap bangunan tersebut.

Untuk merenovasi sebuah bangunan lama, orang-orang yang tumbuh dan pernah punya pengalaman dengan bangunan tersebut harus diajak untuk berdiskusi.

Masukan merekalah yang akan ikut menentukan bentuk dan fungsi bangunan tersebut pada masa kini. Untuk itu apa yang terjadi saat ini di bangunan Gubernur Pemprov.Sumut, terkesan asal yang dari sisi fungsi dan manfaat serta sustainable nya tidak tepat.

Maka perlu dilakukan audit design dan fungsi terhadap apa yang terjadi saat ini agar Gedung peninggalan sejarah tersebut tidak punah dari sisi fungsi dan manfaatnya.

Kita mengharapkan kepada Gubernur Edy Rahmayadi agar melakukan redesign dan revitalisasi ulang atas apa yang ada agar tidak mengurangi nilai nilai sejarah. (Penulis adalah Sosiolog/Dosen Fisipol USU). (BP/RD)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *