Medan, HarianBatakpos.com – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Prof. Abdul Mu’ti baru-baru ini mengungkapkan bahwa masih banyak anak-anak di Indonesia yang belum mendapatkan hak pendidikan. Dalam pidato kunci yang disampaikan pada acara Tanwir I Aisyiyah di Jakarta, ia menekankan pentingnya mengatasi berbagai faktor yang menghalangi akses pendidikan. “Masih banyak anak-anak yang belum mendapatkan hak pendidikan. Baik karena keadaan ekonomi, domisili, atau faktor-faktor lain,” kata Prof. Mu’ti.
Pendidikan inklusif menjadi fokus utama dalam diskusi ini, terutama bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Prof. Mu’ti menyoroti bahwa banyak penyandang disabilitas yang tidak mendapatkan layanan pendidikan yang layak. “Bahkan jumlah sekolah luar biasa (SLB) juga masih sangat terbatas,” ujarnya. Oleh karena itu, upaya kolaborasi antara Kemendikdasmen dan organisasi seperti Aisyiyah diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan untuk semua kalangan, dikutip dari Kompas.com.
Dalam konteks ini, gerakan “Satu Desa, Satu TK” menjadi salah satu solusi strategis untuk mencerdaskan bangsa. Prof. Mu’ti berharap program ini dapat memperluas akses pendidikan sejak usia dini dan berkontribusi pada pemenuhan program Wajib Belajar 13 Tahun. “Kami berharap kerja sama Kemendikdasmen dengan Aisyiyah dapat menyukseskan pendidikan inklusif dan bermutu untuk semua,” tegasnya.
Pendidikan yang merata dan inklusif adalah langkah penting untuk memastikan hak pendidikan anak terpenuhi. Upaya ini bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga melibatkan peran serta masyarakat dan organisasi non-pemerintah dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih baik.
Komentar