Dalam Media Day Januari 2024 di Jakarta, Rabu, Head of Research Team PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Robertus Hardy, merekomendasikan kepada pelaku pasar untuk menerapkan strategi investasi yang konservatif sebagai upaya mengurangi risiko volatilitas pasar keuangan pada semester I-2024.
“Di semester I tahun ini kami menyarankan strategi investasi konservatif, seperti misalnya reksa dana pasar uang dan reksa dana yang berbasiskan obligasi korporasi,” ujar Robertus Hardy.
Meskipun ada potensi peningkatan volatilitas pada semester I-2024, ia melihat konsolidasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi tidak akan terlalu parah, karena masih ditopang oleh beberapa sektor, di antaranya telekomunikasi, barang konsumer non-primer (consumer), dan perbankan (financial).
“Kedua sektor tersebut akan mendapatkan banyak manfaat dari potensi peningkatan traffic layanan data, misalnya, karena setiap di event besar nasional ada peningkatan traffic layanan data,” tambahnya.
Dengan pernyataan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve yang cenderung dovish, ia melihat peluang bahwa The Fed dan Bank Indonesia (BI) akan menurunkan suku bunga acuannya pada semester II-2024.
Mirae Asset Sekuritas masih menargetkan IHSG dapat menembus 8.100 pada tahun ini. “Kami masih menargetkan IHSG 8.100 untuk tahun ini, terutama apabila BI menurunkan suku bunga dan juga ada kejelasan hasil Pemilu,” ungkap Robertus.
Sebelumnya, Robertus menyarankan investor untuk mengalokasikan mayoritas portofolio mereka sebesar 60 persen ke instrumen saham, meliputi saham unggulan/blue chips, saham lapis dua, atau reksa dana indeks pada semester II-2024.
“Sisanya, yaitu 40 persen pada instrumen obligasi pemerintah,” ujarnya. Potensi penguatan IHSG diprediksi akan ditopang oleh beberapa faktor, termasuk pelonggaran kebijakan moneter bank sentral global, menciptakan iklim investasi positif untuk pasar saham dan obligasi.
“IHSG akan didukung beberapa sektor yaitu perbankan, telekomunikasi, otomotif, dan sektor lain yang terkait barang konsumsi. Prediksi tersebut didasari valuasi fundamental rasio harga saham per laba (P/E ratio) sebesar 14x-15x dan asumsi pertumbuhan dividen per saham (EPS growth) sebesar 10-15 persen,” tutup Robertus.
Komentar