Medan, HarianBatakpos.com – Penyakit misterius yang belum diketahui namanya telah menewaskan 53 orang di Kongo sejak Januari 2025. Penyakit demam misterius ini menarik perhatian global, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tengah menyelidiki fenomena yang mengkhawatirkan ini. Gejala utama yang terlihat pada pasien meliputi demam tinggi, menggigil, sakit kepala, dan nyeri tubuh, mirip dengan gejala penyakit berbahaya lainnya seperti demam berdarah.
Kasus pertama muncul di desa Boloko, barat laut Kongo, di mana tiga anak kecil meninggal setelah mengonsumsi kelelawar. Sejak saat itu, wabah ini menyebar dengan cepat, mencatatkan ratusan kasus dalam waktu singkat. Para pejabat kesehatan melaporkan bahwa peningkatan jumlah kasus terjadi seiring dengan waktu, menunjukkan bahwa penyakit ini mungkin memiliki mekanisme penularan yang kompleks, dilansir dari Kompas.com.
Gejala dan Penyebaran Penyakit
Gejala yang dialami oleh pasien termasuk berkeringat, leher kaku, batuk, muntah, diare, dan kram perut. Beberapa individu juga mengalami kondisi yang lebih parah, seperti mimisan dan muntah darah. Data menunjukkan bahwa tingkat kematian kasus berada di atas 12 persen, dengan hampir setengah dari kematian terjadi dalam waktu 48 jam setelah gejala muncul. Namun, penyebab pasti dan cara penularan penyakit ini masih belum diketahui.
Sampel darah dari pasien telah diuji negatif untuk ebola, malaria, dan virus Marburg, memberikan sedikit kejelasan mengenai sifat penyakit ini. Lokasi yang terpencil dan infrastruktur kesehatan yang terbatas di daerah tersebut memperburuk tantangan dalam merespons wabah. WHO mencatat adanya kesenjangan signifikan dalam kapasitas laboratorium dan pengawasan kesehatan.
Meskipun upaya tanggap darurat sedang dilakukan, masyarakat tetap membutuhkan perhatian lebih untuk memahami dan mengatasi dampak dari penyakit ini. WHO melanjutkan penyelidikan untuk menentukan apakah wabah ini disebabkan oleh faktor tertentu, termasuk keracunan makanan, demam tifoid, atau meningitis.
Dengan meningkatnya frekuensi wabah yang ditularkan dari hewan ke manusia, seperti yang terlihat dalam laporan WHO sebelumnya, penting untuk meningkatkan perhatian dan respons terhadap penyakit-penyakit yang berpotensi berbahaya ini.
Komentar