Kesehatan
Beranda » Berita » Mpox dan Vaksin COVID-19: Kemenkes Buka Suara Tentang Isu yang Beredar

Mpox dan Vaksin COVID-19: Kemenkes Buka Suara Tentang Isu yang Beredar

Mpox dan Vaksin COVID-19: Kemenkes Buka Suara Tentang Isu yang Beredar
Mpox dan Vaksin COVID-19: Kemenkes Buka Suara Tentang Isu yang Beredar

Medan,  HarianBatakpos.com – Belakangan ini, beredar klaim di media sosial yang menyebutkan bahwa penyakit Mpox disebabkan oleh efek samping vaksin COVID-19.

Menanggapi narasi yang berkembang ini, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH, menegaskan bahwa klaim tersebut tidak benar.

Menurut Syahril, Mpox dan COVID-19 merupakan dua penyakit yang sangat berbeda, dengan sejarah kemunculan yang terpisah jauh sebelum pandemi COVID-19 dan vaksinasi dimulai, dilansir dari Kompas.com.

Earbuds dan Kesehatan Telinga: Waspadai Iritasi dan Infeksi

Mpox pertama kali dilaporkan pada 1970 di Republik Demokratik Kongo dan sudah menjadi penyakit endemis di beberapa negara Afrika. “Mpox dan COVID-19 ini dua penyakit yang berbeda.

Sebelum COVID-19 ada, Mpox sudah ada,” ujar Syahril. Pada 2022, WHO menetapkan Mpox sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC), dan Indonesia juga melaporkan beberapa kasus konfirmasi pada waktu itu. Namun, pada Mei 2023, status kedaruratan Mpox dicabut oleh WHO.

Syahril menegaskan bahwa tidak ada kaitan antara vaksin COVID-19 dan penyakit Mpox. “Jadi, penyakit Mpox ini tidak dapat dikatakan karena efek samping dari vaksin COVID-19. Itu tidak ada hubungannya,” tegasnya.

Mpox sendiri disebabkan oleh virus Mpox (MPXV) yang memiliki dua clade utama, Clade I dan Clade II, dengan masing-masing subclade-nya.

Waspadai Anemia: 6 Gejala yang Perlu Anda Tahu

Wabah global Mpox pada 2022-2023 disebabkan oleh Clade IIb, sementara peningkatan kasus di Afrika saat ini lebih banyak disebabkan oleh Clade Ia dan Ib.

Penyakit ini dapat menular antar manusia melalui kontak langsung, termasuk kontak seksual dan benda yang terkontaminasi virus.

Syahril mengingatkan agar masyarakat tetap waspada terhadap penularan Mpox, meskipun sebagian besar kasus terjadi pada Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki (LSL).

Namun, Mpox juga bisa menular ke kelompok masyarakat lainnya, termasuk anak-anak yang tinggal bersama orang terinfeksi.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *