Pada awal perdagangan Rabu, rupiah mengalami penguatan terhadap dolar AS, didukung oleh kinerja positif sektor perbankan domestik. Dibuka dengan kenaikan 10 poin atau 0,06 persen, rupiah mencapai Rp15.580 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.590 per dolar AS.
Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, mengungkapkan bahwa kinerja positif sektor perbankan di Indonesia menjadi salah satu pendorong sentimen tersebut. “Sentimen tersebut juga didorong oleh positifnya kinerja sektor perbankan di Indonesia,” ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa kondisi perbankan Indonesia saat ini cukup solid dalam menghadapi berbagai tekanan dan kondisi yang mengancam ketahanan perbankan global. Pada Januari 2024, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) mencapai 27,54 persen, dengan rasio modal inti (tier 1 capital) terhadap CAR sebesar 94,41 persen. Selain itu, kinerja likuiditas perbankan Indonesia juga terjaga dengan baik, dengan liquidity coverage ratio (LCR) mencapai 231,14 persen.
Keadaan likuiditas tersebut menunjukkan kinerja yang solid, bahkan melebihi rasio LCR di yurisdiksi lain. Misalnya, di Uni Eropa, rasio LCR masing-masing sebesar 158,78 persen dan 125,80 persen.
Selain faktor internal, apresiasi rupiah juga didorong oleh pernyataan Ketua Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Jerome Powell mengenai kebijakan penurunan suku bunga pada tahun 2024. Pasar memperkirakan kemungkinan penurunan suku bunga oleh The Fed pada bulan Juni 2024.
Josua memprediksi bahwa rupiah kemungkinan akan bergerak di rentang Rp15.500 hingga Rp15.650 per dolar AS pada perdagangan hari ini, dengan outlook yang cenderung stabil.
Komentar