Pada akhir perdagangan Kamis, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dipengaruhi oleh aktivitas sektor jasa Amerika Serikat (AS) yang lebih lemah dari ekspektasi. Kurs rupiah ditutup naik 27 poin atau 0,17 persen menjadi Rp15.893 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.920 per dolar AS.
Menurut analis ICDX, Taufan Dimas Hareva, aktivitas sektor jasa AS yang lebih lemah dari perkiraan telah meredakan kekhawatiran akan tindakan hawkish oleh Federal Reserve, sehingga turut melemahkan kinerja mata uang dolar AS. Taufan menjelaskan bahwa kinerja mata uang rupiah berpotensi menguat menjelang penutupan perdagangan pekan ini karena kinerja mata uang dolar AS yang sedang menghadapi tantangan di sesi sebelumnya, menyusul rilis data ekonomi beragam dari AS.
Data menunjukkan bahwa perubahan Ketenagakerjaan ADP AS meningkat sebesar 184 ribu di bulan Maret, melampaui kenaikan pada Februari sebesar 155.000 dan melampaui konsensus pasar sebesar 148.000. Namun, IMP Jasa ISM AS turun menjadi 51,4 di bulan Maret dari 52,6 di bulan Februari, kurang dari perkiraan sebesar 52,7.
Selain itu, komentar Ketua bank sentral AS, Jerome Powell, tentang penurunan suku bunga juga menekan dolar AS. Powell menegaskan kembali kesiapan bank sentral AS untuk menurunkan suku bunga, meskipun dengan pendekatan yang bergantung pada data. Pernyataan Presiden Fed Atlanta, Raphael Bostic, yang mendukung penurunan suku bunga pada kuartal terakhir tahun 2024, juga menarik perhatian yang signifikan.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Kamis meningkat ke level Rp15.907 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.923 per dolar AS, menunjukkan kekuatan rupiah terhadap dolar AS di akhir perdagangan.
Komentar