Di tengah antisipasi pasar terhadap keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang cenderung mempertahankan suku bunga acuannya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan signifikan menjelang akhir pekan. Pada akhir perdagangan Jumat, kurs rupiah tercatat melemah sebesar 19 poin atau 0,12 persen menjadi Rp15.599 per dolar AS dibandingkan dengan posisi sebelumnya sebesar Rp15.580 per dolar AS.
Reny Eka Putri, seorang analis pasar uang dari Bank Mandiri, menyatakan bahwa pergerakan rupiah dipengaruhi oleh prospek tetapnya suku bunga acuan The Fed, seiring dengan sulitnya turunnya inflasi AS. Data terkini dari sektor tenaga kerja AS menunjukkan bahwa tingkat pengangguran naik menjadi 3,9 persen pada Februari 2024, melebihi perkiraan pasar dan mencatatkan kenaikan dari 3,7 persen pada bulan Januari 2024.
Meskipun demikian, terdapat sedikit kenaikan pada non-farm payrolls (NFP) AS dengan penambahan sebanyak 275 ribu pekerja pada bulan Februari, seiring dengan peningkatan pekerjaan di sektor kesehatan. Namun, tingkat inflasi AS pada bulan Februari 2024 meningkat menjadi 3,2 persen (yoy), melebihi perkiraan pasar sebesar 3,1 persen (yoy), terutama disebabkan oleh kenaikan harga pangan dan energi.
Inflasi inti juga naik menjadi 3,8 persen (yoy) pada bulan yang sama, melampaui konsensus sebesar 3,7 persen (yoy). Dalam proyeksinya, The Fed memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS akan melambat menjadi 1,4 persen pada tahun 2024, dibandingkan dengan pertumbuhan sebesar 2,5 persen pada tahun sebelumnya.
Antisipasi atas keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,5 persen membuat pasar valas global, termasuk rupiah, menjadi tidak stabil. Pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Maret 2024 diperkirakan akan mempertahankan kebijakan suku bunga, dengan kemungkinan penyesuaian lebih lanjut di bulan Juni 2024.
Pergerakan rupiah sepanjang pekan lalu menunjukkan fluktuasi antara Rp15.639 hingga Rp15.778 per dolar AS. Sementara itu, pelaku pasar juga menantikan rilis data neraca perdagangan domestik yang diprediksi masih akan menunjukkan surplus sekitar 2 miliar dolar AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat tercatat turun ke level Rp15.624 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.582 per dolar AS, mencerminkan ketidakpastian pasar terhadap kebijakan moneter global.
Komentar