Jakarta, BP – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat turun di tengah pasar menantikan rilis cadangan devisa RI Juni 2024 pada hari ini. Penurunan ini mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap kondisi ekonomi global dan domestik.
Pada awal perdagangan Jumat pagi, rupiah melemah 11 poin atau 0,07 persen menjadi Rp16.341 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.330 per dolar AS. Kurs rupiah ini menunjukkan adanya tekanan jual yang signifikan di pasar valuta asing.
“Dari dalam negeri, Bank Indonesia pada hari ini akan merilis data cadangan devisa bulan Juni,” kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede kepada ANTARA di Jakarta, Jumat. Data ini sangat dinantikan oleh pelaku pasar untuk mengetahui posisi cadangan devisa terkini Indonesia.
Cadangan devisa RI pada Juni 2024 diperkirakan akan berkisar 137,5-139,5 miliar dolar AS dari posisi Mei yang tercatat 139 miliar dolar AS sejalan dengan peningkatan sentimen risk off di pasar keuangan global sepanjang Juni. Ini menunjukkan adanya fluktuasi yang cukup besar dalam cadangan devisa Indonesia.
Sementara itu, volume perdagangan obligasi pemerintah tercatat sebesar Rp15,12 triliun, lebih tinggi dibandingkan volume perdagangan hari sebelumnya sebesar Rp11,80 triliun. Volume perdagangan obligasi yang meningkat ini mencerminkan adanya pergeseran minat investor terhadap instrumen yang lebih aman di tengah ketidakpastian pasar.
Pelaku pasar akan mencermati rilis data tenaga kerja AS bulan Juni yang akan diumumkan malam ini di mana Non-Farm Payroll (NFP) diproyeksikan akan berkisar 190.000 dari bulan sebelumnya 272.000, sementara tingkat pengangguran diperkirakan akan stabil di level 4 persen. Data ini akan sangat mempengaruhi kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar global.
Josua memprediksi rupiah akan berada di kisaran Rp16.275 per dolar AS sampai dengan Rp16.375 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Proyeksi ini menggambarkan adanya fluktuasi nilai tukar rupiah yang masih cukup tinggi di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu.
Komentar