Medan, HarianBatakpos.com – Miftah Maulana Habiburrahman, atau Gus Miftah, baru-baru ini mengungkapkan bahwa istrinya, Ning Astuti, merasa tidak nyaman dengan statusnya sebagai istri seorang pejabat. Pernyataan ini disampaikan Gus Miftah dalam konteks mundurnya ia dari posisi sebagai utusan khusus presiden. “Jujur, kalau boleh cerita, tanggal 16 November istri saya sudah menyampaikan ke saya. ‘Bah (Miftah), saya sebenarnya enggak nyaman jadi istri Abah, sebagai seorang pejabat. Saya lebih nyaman menjadi istri seorang Gus Miftah yang saya kenal di awal,'” kata Miftah menirukan ucapan Ning Astuti, dikutip pada Sabtu (7/12/2024).
Ning Astuti, yang menikah dengan Gus Miftah pada tahun 2004, dikenal sebagai sosok yang mendukung suaminya dalam berbagai kegiatan. Mereka dikaruniai dua anak, Atqiya Maulana Habiburrohman dan Mufti Nabil Ulayya Mecca. Selain itu, Ning Astuti juga aktif dalam pengelolaan Pondok Pesantren Ora Aji di Yogyakarta. Ponpes ini terkenal karena menerima santri dari berbagai latar belakang, termasuk mantan narapidana dan pekerja klub malam, dilansir dari Suara.com.
Ning Astuti juga pernah menjadi sorotan publik ketika sebuah video menunjukkan Gus Miftah menoyor kepalanya dalam sebuah acara. Miftah memberikan klarifikasi bahwa aksinya tersebut hanya bercanda. Dalam sebuah podcast, ia menggambarkan perjalanan cintanya dengan Ning Astuti sebagai sesuatu yang terus berkembang. “Cintaku pada istri itu seperti SPBU, dimulai dari nol,” ujarnya.
Perjalanan hidup Ning Astuti tidak selalu mulus. Ia pernah divonis menderita kanker payudara, yang membuat Gus Miftah merasa bersalah karena jarang pulang. “Sebagai suami, saya merasa bersalah (terhadap istri) karena jarang pulang,” ungkapnya. Meskipun begitu, Gus Miftah mengakui bahwa keberhasilannya dalam karier tidak lepas dari doa dan dukungan Ning Astuti.
Baru-baru ini, Ning Astuti kembali disorot setelah membela suaminya yang terlibat dalam kontroversi mengolok-olok seorang penjual es. Melalui akun Instagram-nya, ia menjelaskan bahwa cara dakwah Gus Miftah memang cenderung kasar, namun memiliki sisi positif yang sering tidak terlihat. “Memang karakteristik beliau ceramah memang seperti itu,” tegasnya.
Komentar