Medan-BP: Bandara Raja Sisimangaraja XII Internasional Airport merupakan kebanggaan bagi warga Tapanuli Utara. Artinya selaku etnis Batak kita harus bangga menerima bandara dicantumkan nama pahlawan.
Sebelumnya Marniks Hutabarat menegaskan, “Tak pentinglah dijadikan isu untuk memperuncing perdebatan bagi warga maupun kalangan, sebab nggak ada tujuan dan manfaat nya dibesar-besarkan,” ujarnya.
“Berbicara historis, sambung Marniks Sahata Hutabarat menjelaskan, nama Bandara Raja’Sisingamangaraja XII International Airport adalah merupakan kebanggaan bagi etnis Batak”.
Dalam sejarah nama bangsawan ini justru telah dikenal oleh berbagai etnis di Indonesia. Bahkan dunia Internasional, tutur Marniks.
“Saya menilai jelas tak ada pentingnya segelintir oknum membesar-besarkan masalah pergantian nama bandara itu,” ujarnya.
Sebab persoalan debat pendapat itu bukan menjadi sumber masukan untuk meningkatkan perekonomian. Dalam artian jikapun segelintir oknum terus berlanjut mempermasalahkan Bandara Silangit Internasional menjadi nama tetap, bukan bisa jadi acuan untuk meningkatkan perekonomian rakyat.
Sedangkan nama Bandara Sisingamangaraja XII Airport International adalah nama yang dipandang secara nasional maupun internasional, jelas tokoh muda kelahiran Humbang Hasundutan.
Nama bandara ini, sambung Eriko justru dikenal oleh kalangan nasional dan internasional. Sedangkan bandara Silangit adalah nama kedaerahan lokal. Jadi kurang berdampak untuk mempromosikan support wisata international.
Jadi Bupati Taput Nikson tak perlu heran dengan pergantian nama bandara. Sebab diyakini ada pandangan positif dari pusat guna menarik perhatian wisatawan luar. ” Makna ini kali ya”, pak Bupati.
Perlu dicermati bahwa Bandara Sisingamangaraja Airport International diyakini akan membawa nama Taput jadi populer di International. Hingga wisatawan luar gampang mengenal dan akan datang berkunjung ke Taput.
“Dengan demikian tujuan peningkatkan ekonomi kerakyatan akan menjamin masa depan daerah 7 kabupaten disekitar kawasan wisata danau Toba,” tuturnya.
Lanjut Enriko berharap, masa depan daerah 7 Kabupaten sekitar kawasan wisata Danau Toba ada ditangan masyarakat.
Untuk itu, bagi kaum generasi muda hendaknya mengambil sikap perpekstip dalam mengimplementasikan perekonomian. Mari sama-sama membangun perekonomian melalui perlakuan pemberdayaan sumber daya masing-masing, ajaknya.
Pemkab Taput diminta supaya mengalihkan perhatian rakyat mengedepankan usaha dan bisnis ditengah – tengah wisata danau Toba. Untuk apa kita larut dalam debat sengit yang tak jelas arah dan manfaatnya, imbuhnya mengakhiri.
Sebelumnya pergantian tersebut tertuang didalam surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 1404 Tahun 2018. Bandara Silangit ini berubah nama menjadi Bandara Raja Sisingamangaraja XII.
Surat tertanggal 3 September 2018 itu kemudian ditindaklanjuti Setjen Kemenhub dengan mengirim surat No. 243/Srt/B.IV/IX/2018 yang ditujukan kepada Sesditjen Perhubungan Udara dan Direktur Bandar Udara, Ditjen Perhubungan Udara.
Surat tertanggal 4 September 2018 itu ditandatangani Kepala Biro Hukum Kemenhub Wahju Adji. Isinya meminta kepada aparat terkait untuk menindaklanjuti keputusan Menhub tersebut.
“Ya benar, sudah diganti dan sudah diresmikan,” kata Bupati Tapanuli Utara, Nikson Nababan, kepada wartawan, Sabtu 8 September 2018.
Namun, pergantian nama bandara penghubung ke Danau Toba itu menuai polemik. Karena, pergantian nama bandara itu tidak melibatkan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, DPRD dan masyarakat.
Bupati Nikson heran dengan pergantian nama tersebut. Padahal, nama Bandara Silangit Internasional Airport sebelumnya diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada November 2017, lalu. “(Silangit) Sudah ditandatangani Pak Presiden Joko Widodo,” kata Nikson. (BP/MM)
Komentar