- Internasional
- Otoritas AS Peringatkan Pengguna Gmail, Outlook Tentang Ancaman Ransomware Medusa
Otoritas AS Peringatkan Pengguna Gmail, Outlook Tentang Ancaman Ransomware Medusa

Washington D.C., HarianBatakpos.com – Otoritas federal Amerika Serikat, termasuk Badan Keamanan Siber dan Keamanan Infrastruktur (CISA) dan FBI, telah mengeluarkan peringatan bagi pengguna Gmail, Outlook, dan layanan email populer lainnya mengenai ancaman ransomware berbahaya yang dikenal sebagai Medusa. Ancaman ini telah berhasil membobol data sensitif dari ratusan korban, termasuk individu dan organisasi di sektor medis, pendidikan, hukum, asuransi, teknologi, dan manufaktur.
Ransomware Medusa Meningkatkan Risiko Serangan Siber di Berbagai Sektor
Ransomware Medusa pertama kali teridentifikasi pada Juni 2021 dan telah mengancam ribuan jaringan hingga Februari 2025. Lembaga-lembaga keamanan siber AS mengungkapkan bahwa ransomware Medusa telah memengaruhi lebih dari 300 korban sejak awal tahun 2023, dengan jumlah korban yang sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi. Data yang dicuri oleh kelompok pengembang ransomware ini termasuk informasi yang sangat bernilai, yang menambah kekhawatiran akan dampak jangka panjangnya terhadap organisasi yang terpapar.
Taktik dan Teknik Medusa yang Meningkatkan Ancaman Siber
Para pengembang ransomware Medusa, yang beroperasi dengan nama kelompok Spearwing, sering kali merekrut afiliasi atau pialang akses yang dibayar antara US$100 hingga US$1 juta untuk membantu melakukan serangan. Teknik yang digunakan untuk menyebarkan ransomware ini termasuk kampanye phishing dan eksploitasi kerentanan perangkat lunak yang belum ditambal. Hal ini menunjukkan bahwa ancaman ransomware Medusa lebih dari sekadar masalah teknis biasa, melainkan merupakan upaya yang sangat terorganisir dan terkoordinasi.
Modus Serangan dan Dampaknya pada Korban
Ransomware Medusa, seperti kebanyakan varian ransomware lainnya, mengoperasikan serangan pemerasan ganda. Dalam hal ini, Spearwing dan afiliasinya tidak hanya mengenkripsi data korban tetapi juga mencuri data sensitif terlebih dahulu. Jika korban menolak membayar tebusan yang diminta, kelompok ini mengancam akan membocorkan data yang telah dicuri ke publik melalui situs kebocoran data mereka. Menurut Symantec, tebusan yang diminta oleh kelompok ini berkisar antara US$100.000 hingga US$15 juta, tergantung pada nilai data yang dicuri.
Tanggapan dari Pihak Berwenang dan Upaya Pencegahan
CISA dan FBI mengimbau organisasi untuk memanfaatkan nasihat #StopRansomware terbaru, yang mencakup indikator kompromi (IOC) dan teknik, taktik, serta prosedur (TTP) yang diamati secara historis untuk membantu organisasi melindungi diri mereka dari ancaman ransomware ini. Peringatan ini merupakan bagian dari upaya yang lebih besar untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya serangan ransomware dan mendukung pembela jaringan agar lebih siap menghadapi ancaman.
"Nasihat Keamanan Siber ini merupakan langkah penting dalam melawan ancaman yang terus berkembang dan melindungi data penting dari serangan siber yang semakin canggih," kata CISA dalam pernyataannya.
Kesimpulan: Menanggapi Ancaman Ransomware Medusa
Dengan semakin canggihnya metode serangan ransomware Medusa, baik organisasi besar maupun individu harus meningkatkan kewaspadaan mereka terhadap potensi ancaman ini. Keamanan siber yang lebih baik dan kebijakan mitigasi yang efektif sangat penting untuk mencegah serangan ransomware dan menghindari potensi kerugian besar.
Penulis | : | Affif Dwi As'ari |
Komentar