Indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,57%, sedangkan indeks Topix yang lebih luas juga mengalami penurunan sebesar 0,56%. Di Korea Selatan, Indeks Kospi turun 0,73%, sementara Kosdaq yang berkapitalisasi kecil mengalami penurunan yang lebih kecil, yakni sebesar 0,4%. Penurunan ini menambah catatan negatif pasar saham Asia-Pasifik pada hari itu.
S&P/ASX 200 Australia mengalami penurunan sebesar 0,7%, dan futures indeks Hang Seng Hong Kong berada di 17.212, lebih rendah dibandingkan penutupan terakhir HSI di 17.238,34. Penurunan ini menunjukkan kekhawatiran investor terhadap kebijakan moneter yang akan diambil oleh BOJ dalam pertemuan yang sedang berlangsung.
Ketika pertemuan BOJ selesai pada Rabu (31/7/2024), banyak yang memperkirakan bahwa BOJ akan menaikkan suku bunga acuannya dan mengurangi pembelian obligasi pemerintah Jepang. Para ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan bahwa BOJ akan menaikkan suku bunga acuan menjadi 0,1%, naik dari kisaran saat ini yaitu 0% hingga 0,1%.
Sementara itu, tingkat pengangguran Jepang pada bulan Juli tercatat sedikit lebih rendah dari perkiraan, yakni 2,5% dibandingkan dengan perkiraan 2,6% oleh jajak pendapat ekonom Reuters. Ini memberikan gambaran yang sedikit lebih positif tentang kondisi pasar tenaga kerja Jepang di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Di Amerika Serikat, semalam, tiga indeks utama berakhir beragam. S&P 500 sedikit lebih tinggi saat Wall Street bersiap untuk minggu yang sibuk dengan laporan pendapatan perusahaan dan menantikan pengumuman kebijakan utama dari bank sentral AS. Ekonom tidak mengharapkan The Fed untuk membuat perubahan pada tingkat suku bunga federal selama pertemuan ini. Namun, para pedagang akan mencari petunjuk apakah bank sentral akan menurunkan suku bunga pada bulan September.
Pelemahan bursa saham Asia-Pasifik ini bisa menjadi peringatan untuk pergerakan pasar saham di Indonesia, karena biasanya pasar saham di Asia memiliki korelasi dengan pasar saham Indonesia.
Komentar