Nasional
Beranda » Berita » PDIP: Dari Kemenangan ke Kekalahan, Apakah Polisi Jadi Kambing Hitam?

PDIP: Dari Kemenangan ke Kekalahan, Apakah Polisi Jadi Kambing Hitam?

PDIP: Dari Kemenangan ke Kekalahan, Apakah Polisi Jadi Kambing Hitam?
PDIP: Dari Kemenangan ke Kekalahan, Apakah Polisi Jadi Kambing Hitam?

Medan,  HarianBatakpos.com – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) kini mengeluarkan suara keras terkait kekalahan yang mereka alami dalam Pilkada 2024. Analis politik Ardha Ranadireksa dari Charta Politika Indonesia mencermati narasi mengenai keterlibatan “Partai Cokelat” atau polisi dalam proses pemilihan ini. Menurutnya, tudingan ini mencerminkan situasi yang mirip dengan “senjata makan tuan,” di mana PDIP mungkin telah menggunakan strategi yang sama dalam Pemilu sebelumnya. “Memang tudingan adanya keterlibatan ‘parcok’ ini lebih kentara pada Pemilu 2024. Penggunaan ‘parcok’ ini sudah berlangsung sejak Pilpres 2014 dan 2019,” ungkap Ardha.

Sikap PDIP dalam menangani isu ini menunjukkan ketidakberdayaan mereka setelah mengalami kekalahan di beberapa daerah, termasuk di Jawa Tengah yang merupakan basis kekuatan mereka. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyalahkan pihak kepolisian atas intervensi yang mereka klaim terjadi dalam pelaksanaan Pilkada. “Partai Cokelat ini sudah barang tentu adalah oknum-oknum kepolisian,” tegas Hasto saat konferensi pers di DPP PDIP, dilansir dari Inilah.com.

Di tengah kekacauan ini, sosok Puan Maharani muncul sebagai penyeimbang yang tenang. Ardha menghargai langkah Puan yang mendorong kader PDIP untuk melaporkan kecurangan melalui saluran resmi, yaitu Bawaslu. Ini menunjukkan bahwa meskipun dalam situasi sulit, PDIP berusaha menjaga wibawa partai mereka.

Profil Lengkap Menteri PANRB Rini Widyantini

Namun, kekalahan PDIP di empat provinsi besar menimbulkan pertanyaan lebih dalam mengenai strategi politik mereka. Peneliti senior BRIN, Lili Romli, menilai bahwa kekalahan ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, termasuk penurunan popularitas partai dan ketidakcocokan gaya politik dengan generasi muda. “Kekalahan ini bisa jadi disebabkan karena gaya berpolitik Megawati dan elite PDIP tidak relevan dengan generasi Milenial dan Gen Z,” ujarnya.

Kekalahan ini seharusnya menjadi momentum bagi PDIP untuk melakukan introspeksi, bukan hanya berfokus pada tudingan kepada pihak lain. Jika tidak, partai ini berisiko kehilangan dukungan dari pemilih yang semakin pragmatis dan berharap pada perubahan.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *