Daerah Ekonomi Nasional Sosial
Beranda » Berita » Pedagang Keluhkan Kenaikan Harga Beras di Kota Bekasi, Omzet Menipis

Pedagang Keluhkan Kenaikan Harga Beras di Kota Bekasi, Omzet Menipis

Firdaus (24), pedagang beras di Jalan Rajawali Raya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi, mengungkapkan kenaikan harga beras yang terus terjadi selama tiga bulan terakhir, Rabu (21/2/2024). (KOMPAS.com/FIRDA JANATI)

Jakarta, Batak Pos – Harga beras yang terus merangkak naik di berbagai wilayah, termasuk di Kota Bekasi, menimbulkan keluhan dari para pedagang yang merasakan omzet mereka semakin menipis. Dua pedagang di Jalan Rajawali, Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi, mengungkapkan bahwa kenaikan harga beras berdampak pada penurunan pendapatan mereka.

 

Menurut Firdaus (24), seorang pedagang beras, kenaikan harga tersebut sudah terjadi selama tiga bulan terakhir, dengan puncak tertinggi terjadi pada bulan Februari 2024. Harga beras naik sekitar Rp 2.000 per liter, mencapai Rp 11.500 hingga Rp 12.000 per liter. “Ada yang Rp 8.500, Rp 9.500. Sekarang jadi Rp 11.500 atau Rp 12.000 per liternya. Itu yang paling murah,” ungkapnya.

Pengibaran Bendera One Piece Direspons Wamendagri: Bukan Masalah Selama Tak Langgar Konstitusi

 

Ujang (62), pedagang beras lainnya, juga menyatakan bahwa kenaikan harga beras tidak hanya terjadi di Bekasi, melainkan juga di beberapa wilayah lain. “Sekarang beras Rp 10.000 juga sudah enggak ada di mana-mana, semua pada naik bukan cuma di Bekasi doang,” tambahnya.

 

Ketidakpuasan pedagang tidak hanya terkait dengan harga yang meningkat, tetapi juga dengan kualitas beras yang menurun. Firdaus mengeluhkan bahwa meskipun harga beras termurah Rp 12.500, kualitasnya tidak sebanding dengan harga Rp 15.000. “Yang paling laku itu Rp 12.500. Tapi itu kualitasnya kurang bagus sih,” kata Firdaus.

Menko Polkam Tegaskan Pengibaran Bendera One Piece Jelang 17 Agustus Bentuk Provokasi

 

Ujang juga menyatakan bahwa sebagai agen beras, ia merasa kualitas beras semakin turun di tengah kenaikan harga. Ia sering mendapat protes dari pembeli, terutama ibu-ibu, yang mengeluhkan harga beras yang semakin mahal. “Kalau lagi mahal, kualitas malah kurang bagus, tapi kalau lagi murah, kualitas bagus,” ujar Ujang.

 

Meskipun demikian, pengusaha warteg di Kota Bekasi, Ratna (50), mengaku terdampak kenaikan harga beras yang membuat keuntungannya semakin tipis. Meski demikian, ia memutuskan untuk tetap mempertahankan harga yang sama untuk pembeli yang datang ke wartegnya. “Aduh menjerit banget. Naiknya banget-banget, ini saya lagi jor-joran (berusaha keras) jualan, warteg keuntungannya menipis,” keluh Ratna.

 

Dalam situasi sulit ini, pedagang seperti Ratna merasa sulit untuk menaikkan harga karena khawatir pelanggan akan beralih ke tempat lain. Meskipun pendapatan menurun, mereka tetap berusaha menjalankan usahanya dengan harapan kondisi akan membaik.

 

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *