Jakarta, Batak Pos – Deputi III Kantor Staf Presiden (KSP) Eddy Priyono mengakui bahwa pemerintah menyadari tingginya harga beras di pasaran saat ini. Menurutnya, terdapat dua faktor utama yang mendorong kenaikan harga beras baru-baru ini.
Eddy Priyono menjelaskan bahwa faktor pertama adalah kurangnya produksi beras, disebabkan oleh kondisi musim tanam yang mundur akibat dampak El Nino pada tahun 2023. Produksi beras pada bulan Januari dan Februari setiap tahunnya memang cenderung lebih kecil, namun pada tahun 2024, faktor El Nino menyebabkan musim tanam terhambat, bahkan ada yang gagal tanam.
“Faktor ini membuat produksi beras pada Januari sangat terbatas, sampai Februari masih kurang dari yang dibutuhkan,” ungkap Eddy di Bina Graha, Jakarta. “Musim tanam mundur karena kekurangan air, dan ini memengaruhi produksi beras, sehingga harga naik.”
Faktor kedua yang dijelaskan oleh Eddy adalah kenaikan biaya produksi dan distribusi beras. Kenaikan biaya ini disebabkan oleh naiknya harga bahan bakar minyak (BBM), dampak konflik Rusia-Ukraina yang meningkatkan harga pupuk, dan faktor global lainnya yang mempengaruhi biaya produksi petani.
Eddy menyatakan bahwa kebutuhan beras nasional mencapai 2,5 juta ton per bulan, dan jika produksi dalam sebulan kurang, maka harga beras akan naik. “Tensi global, faktor di luar yang membuat harga pupuk naik dan lainnya sangat mempengaruhi biaya produksi petani, sehingga membuat harga beras tinggi,” tambahnya.
Saat ini, lonjakan harga beras terus dirasakan di beberapa pasar tradisional, seperti di Kota Semarang dan Kabupaten Kulon Progo, Jawa Tengah. Pedagang melaporkan peningkatan harga beras premium dan jenis lainnya, yang menjadi perhatian publik sejak awal tahun 2024.
Komentar