Jakarta, BP – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan pemerintah masih terus membahas implementasi dari program campuran bioetanol untuk Bahan Bakar Minyak (BBM). Program campuran bioetanol untuk BBM diharapkan bisa segera terimplementasi untuk mendukung penggunaan energi terbarukan.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi mengatakan pihaknya masih berdiskusi mengenai program campuran bioetanol untuk BBM, apakah dimulai dari 2,5% dulu atau 5%. Program ini penting untuk mendukung ketahanan energi nasional dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
“Nah ini akan kita akselerasi, sedang dibahas ya, apakah goes to Bioetanol 5% atau E5 (Ethanol 5%) dulu, atau goes to Bioetanol 2,5% dulu, mungkin Pertamina sedang diskusi untuk hal ini, karena resource kita yang menyediakan bioetanol itu tidak banyak,” kata dia dalam acara Green Economy Expo: Advancing Technology, Innovation and Circularity, dikutip Senin (8/7/2024). Diskusi ini mencerminkan komitmen pemerintah untuk mencapai target penggunaan energi terbarukan.
Eniya membeberkan dari 13 industri bioetanol yang ada saat ini, setidaknya hanya 2 industri yang baru memenuhi kriteria untuk bisa masuk sebagai fuel grade. Industri bioetanol di Indonesia perlu didorong agar bisa memenuhi standar yang diperlukan untuk bahan bakar.
“Nah ini kita ingin akselerasi industri juga, dari 13 industri bioetanol yang ada, hanya dua yang memenuhi kriteria untuk bisa masuk sebagai fuel grid, yang lain adalah food grid,” kata dia. Pengembangan industri bioetanol sangat penting untuk mendukung program campuran bioetanol untuk BBM.
Menurut Eniya, program campuran bioetanol untuk BBM sendiri sejatinya sudah ada. Namun sayang, sampai saat ini pencapaian masih nihil, padahal pada 2025 ditargetkan Indonesia sudah capai bioetanol 20%. Target ini mencerminkan ambisi besar pemerintah untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan.
“Nah dari dulu program bioetanol ini sudah ada, regulasi di Kementerian ESDM sudah banyak, bahkan sampai 2025 harusnya kita sudah capai 20% bioetanol, tetapi sama sekali sampai sekarang nol,” ujarnya. Implementasi program campuran bioetanol untuk BBM harus segera dipercepat untuk mencapai target yang telah ditetapkan.
Komentar