Pemilik dan Nakhoda Kapal Anggap Nyawa Penumpang Tidak Berharga

Medan-BP: Tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba, masih menyisakan luka yang dalam serta menjadi buah bibir di masyarakat dan sudah menjadi pemberitaan Nasional. Kenapa? karena kapal yang tenggelam dan sarat penumpang yang diduga membawa penumpang di atas 200 orang dan over kapasitas ditambah 50 unit lebih sepeda motor yang disusun paku di lambung kapal kayu tersebut.
Tidaklah mengherankan, jika KM Sinar Bangun menjadi pembicaraan dan masih menyisakan duka lara bagi keluarga 150 orang lebih korban dalam pencarian Tim SAR. Sedangkan keluarga korban sampai saat ini dan sudah berjalan empat hari, masih menunggu harap-harap cemas kerja Tim melakukan pencarian mayat di seputaran permukaan Danau Toba.
Jika saja, pemilik kapal dan nakhoda memberangkatkan kapal penyebrangan dan mengangkut penumpang sesuai kapasitas jumlah penumpang dan barang, kecelakaan dan petaka itu kemungkinan besar tidak akan terjadi. Atau, setidaknya, kecelakaan dapat ditekan dan diminimalisir sehingga peristiwa yang memilukan itu tidak akan terjadi.
Seperti yang diungkapkan Yusuf Efendi Siregar (54) pada Reporter harianbatakpos.com di Medan, Jumat (22/6/2018), dia mengaku sejak remaja hingga sudah berusia setengah abad lebih kapal-kapal sebagai alat transportasi penyebrangan di Danau Toba tidak pernah tersentuh perbaikan alias sudah rapuh dan tidak layak berlayar.
Kalaupun ada sentuhan perbaikan, hanya mengganti catnya saja. Sehingga kalaupun penumpang menaiki kapal kayu lapuk dan lusuh itu karena terpaksa karena tidak ada alternatif lain untuk menyebrang dan berwisata.
"Coba lihat saking rapuhnya kondisi kapal itu, pemilik kapal menggunakan ban bekas agar jika kapal bersandar di dermaga penyebrangan tidak langsung kena badan kapal melainkan terhalang ban bekas itu saat berbenturan di dermaga.
Siregar yang setiap bulan menaiki jasa kapal penyebrangan saat menuju daerah Tigaras tempat salah satu keluarganya itu juga menceritakan setiap penumpang yang akan menaiki kapal tidak didata. Penumpang naik kapal membayar Rp20.000/kepala saat menyebrang. Artinya, yang penumpang naik berdasarkan pembayaran per orang dan setelah kapal penuh dan sesak baru bergerak jalan.
Ironisnya, tambah Siregar lagi, sejak dari dulu tidak ada cerita kalau pihak kapal memberikan pelampung kepada setiap penumpang yang naik dan kapal itu, "Jadi nyawa kita seperti tidak ada harganya karena pengusaha kapal dan nakhoda hanya memikirkan uang tanpa memikirkan keselamatan penumpang lagi," pungkasnya.
Padahal, kalau saja pengusaha kapal dan nakhoda memberikan pinjaman pelampung dan menyewakannya kepada penumpang jikapun kapal tenggelam selama 12 jam jika terjadi kecekalaan kapal, penumpang bisa selamat dan tidak seperti peristiwa KM Sinar Bangun ini penumpang menggapai-gapai minta tolong disertai teriakan yang memilukan meminta pertolongan.
Ratusan penumpang yang tidak dilengkapi pelambung itu, secara perlahan-lahan dan memilukan tenggelam tanpa bisa berbuat apa-apa di saat situasi dan zaman sudah canggih. "Penumpang histeris dan tenggelam satu persatu tanpa bisa berbuat apa-apa," jelas Siregar yang sangat sedih membayangkan nasib para ratusan para korban yang sampai saat ini belum ditemukan dan dalam pencarian tim SAR gabungan tersebut.
Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah atau pihak Pemkab setempat. Kalau bisa, kapal penyebrangan yang sudah berumur puluhan tahun dan tidak pernah tersentuh perbaikan itu di afkirkan dan ditenggelamkan atau dimusnahkan.
Kalau hal ini tidak dilakukan, peristiwa maut ini bakalan terulang lagi. Apalagi pemilik kapal dan nakhdoda menjejali penumpang maupun kenderaan bermotor tanpa memikirkan keselamatan penumpang lagi.
Sudah pantas kalau kapal-kapal fasilitas air dan penyebrangan di Danau Toba ini diperbaharui dan dirancang seperti kapal Feri sehingga penumpang merasa aman dan nyaman saat berada di dalam dan menggunakan fasilitas kapal itu. Apalagi Danau Toba ini sudah dikenal di manca negara sehingga dapat menambah devisa dari turis lokal dan mancanegara yang masuk dan datang untuk berwisata bersama keluarga dan handai tolan. Semoga. Erwan Ilyas.
Komentar