Indralaya Utara, Ogan Ilir: Kejadian tragis telah mengguncang masyarakat Tanjung Raja, ketika Fitra Ramadhan, seorang pemilik warung kopi terkenal, dibunuh secara brutal oleh dua pelanggannya setelah menagih pembayaran kopi mereka. Para pelaku saat ini masih buron, menggemparkan wilayah tersebut.
Fitra Ramadhan, berusia 23 tahun, mengalami ajalnya yang tak terduga setelah menghadapi dua pria tak dikenal yang sering datang ke warung kopi miliknya yang terletak di jalan raya Palembang-Prabumulih, tepatnya di Desa Permata Baru, kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir. Kejadian tersebut terjadi sekitar pukul 05.00 pada hari Sabtu, 27 April.
Menurut Monika, istri korban, suaminya berusaha untuk mengumpulkan pembayaran untuk kopi yang dikonsumsi oleh kedua pelaku. Namun, setelah diminta untuk membayar tagihannya, kedua pria tersebut dengan keras menolak dan malah menggunakan kekerasan, menikam Fitra berkali-kali hingga tewas.
“Saat suami saya berupaya menagih pembayaran (uang kopi), suami saya malah ditusuk menggunakan pisau oleh para pelaku,” ungkap Monika, masih dalam keadaan syok atas peristiwa mengerikan tersebut.
Fitra mengalami luka tusuk di dada sebelah kiri dan beberapa luka sayatan di berbagai bagian tubuhnya, yang mengakibatkan kematian tragisnya meskipun telah diberikan upaya penyelamatan di Rumah Sakit Ar-Royyan Indralaya.
Monika sendiri tidak luput dari kekerasan, menderita luka sayatan di perutnya saat berusaha untuk ikut campur selama kejadian tersebut.
“Saya juga luka kena sabetan pisau di bagian perut, setelah melihat saya dan suami terkapar penuh darah. Kedua pelaku mengendarai sepeda motor matik langsung kabur ke arah Palembang,” ujarnya, menggambarkan suasana kacau yang terjadi.
Pihak berwajib, di bawah pimpinan Satuan Reserse Kriminal Polres Ogan Ilir, telah memulai pengejaran terhadap pelaku. AKBP Andi Baso Rahman, Kepala Polisi Ogan Ilir, memastikan bahwa investigasi sedang dilakukan, dengan upaya intensif untuk membawa para pelaku ke pengadilan.
Kejadian tragis ini tidak hanya merampas masyarakat Tanjung Raja dari seorang anggota yang dicintai, tetapi juga menjadi pengingat keras akan eskalasi kekerasan yang merajalela di masyarakat. Saat pencarian keadilan terus berlanjut, masyarakat berduka atas kehilangan Fitra Ramadhan dan bersatu dalam menuntut tindakan cepat terhadap para pelaku.
Komentar