Berita Daerah
Beranda » Berita » Penanganan Dugaan Ijazah Palsu MS Belum Capai Titik Terang, Poldasu Didesak Tingkatkan dari Penyelidikan ke Penyidikan

Penanganan Dugaan Ijazah Palsu MS Belum Capai Titik Terang, Poldasu Didesak Tingkatkan dari Penyelidikan ke Penyidikan

Ilustrasi dugaan ijazah Palsu.BP/Net

Medan-BP: Berlarut-larutnya penanganan kasus dugaan penggunaan ijazah palsu anggota legislatip  Kota Padang  Sidempuan berinitial MS  yang  sudah  menikmati sebagai  Anggota Dewan yang terhormat selamat 4 (empat) periode sejak tahun 2004-2009, 2009-2014, 2014-2019,  2019  hingga  saat  ini,  belum mencapai titik terang.

Kasus yang  tadinya  ditangani  oleh Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimun), sekarang berpindah ditangani oleh Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Poldasu sejak dilaporkan pada tanggal 25 Februari 2020  oleh  Aliansi Pemerhati  Hukum  (APH)  Sumut  yang dimotori  langsung  oleh ketuanya Muhammad  Habibi,  SH  hingga  berita  ini diturunkan  belum  juga  kasus tersebut naik dari Penyelidikan ke Penyidikan.

Sementara  data-data  yang  dilampirkan atas  dugaan  penggunaan  ijazah  palsu tersebut sudah ada bukti permulaan yang cukup, dimana  juga  sebelumnya, baik dari media  cetak maupun  dari  media  sosial sudah ada pemberitaan  bukti-bukti             seperti : Ditemukannya ijazah atas nama Raidjan Purba, lulusan tahun 1974 pada sekolah SMA Negeri 8 Medan, dimana kalau dilihat adanya perbedaan kalau dibandingkan dengan ijazah yang sudah dileges oleh pihak sekolah Widyasana Utama Medan atas  nama MS.

Kasus Dugaan Korupsi Kuota Haji: Ustadz Khalid Basalamah Diperiksa KPK

Diantara  perbedaannya  dapat  dilihat,  tanda tangan Kepala Sekolah sangat berbeda, nama Kepala Sekolah di ijazah Raidjan Purba tertulis Djimma Purba B.A sementara di ijazah Marataman Siregar tertulis Dj. Purba Ba; nama orangtua Raidjan Purba tertulis M. Dj. Purba (memakai huruf besar) sementara di ijazah Marataman Siregar tertulis a. Siregar; tulisan SMA di ijazah Raidjan Purba, di Ijazah Marataman Siregar tertulis SMa. 

Ditemukannya  surat  keterangan  yang  dikeluarkan  pihak  sekolah  Widyasana Utama untuk dan atas nama Marataman Siregar pada tanggal 21 Februari 2004, yang menyatakan Marataman Siregar benar siswa SMA Widyasana Utama pada tahun  1973  Rayon  SMA  Negeri  8,  seolah-olah  Marataman  Siregar  pada  tahun tersebut duduk  di kelas III  Ilmu Pasti/Ilmu Pengetahuan Alam,  kalau dilihat dan dibandingkan  pada  letter  di  surat  tersebut  kalimat  III  Ilmu  Pasti  /  Ilmu Pengetahuan  Alam  sepertinya  ditambah  dengan  ketikan  manual,  dan pertanyaannya,  buat  apalagi  “Surat  Keterangan”  tersebut  dikeluarkan  untuk Marataman  Siregar,  sementara  Marataman  Siregar  sudah  tamat  dan  sudah  mengantongi  ijazah  dari  SMA  N  8  Medan  pada  tahun  1973,

“ini  semua  benar-benar  aneh”,  kata  pemerhati  hukum Efendi Simare-mare pada wartawan di Medan, Minggu, (23/8/2020).  “Menurut  hemat  saya  lanjutnya,  semua simpul dan pemecahan kasus penggunaan ijazah palsu ini ada pada ijazah yang sudah  dileges  oleh  sekolah  Widyasana  Utama  Medan  itu,  mengapa  yang mengeluarkan  ijazah  Marataman  Siregar  sekolah  SMA  Negeri  8  Medan? Sementara  ijazahnya  dileges  pada  sekolah Widyasana  Utama  Medan?  Ini pula yang menjadi laporan oleh pihak Aliansi Pemerhati Hukum (APH) Sumut kepada pihak  Polda  Sumatera  Utara,  ditambah  lagi  adanya  perbedaan  nama  Kepala Sekolah  Widyasana  Utama  Medan  di  ijazah  Marataman  Siregar  yang  dileges tertulis  ………….  IRSYAD  ………..  di  bukti  surat  yang  lain  seperti  surat keterangan dan ijazah atas nama Karel Dorman YR, jelas tertulis nama Kepala Sekolah Widyasan Utama tersebut ………. IRSJAD…………. apalagi kalau dilihat tandatangan dari Kepala Sekolah tersebut diatas sangat-sangat berbeda tanda tangannya  jika  dibandingkan  pada  ijazah  yang  sudah  dileges  atas  nama MS tersebut,  dan  untuk  membuktikan  hal  tersebut,  pihak  dari Masyarakat  Cinta  Keadilan  (MCK)  Sumut  bersedia  dan  akan  mengirimkannya kepada  Polda  Sumut,  dan  menurut  hemat  kami,  bisa  saja  dimintakan  kepada pihak KPUD Kota Padang Sidempuan data-data dari Marataman Siregar sewaktu mendaftar sejak  dan  mulai  pencalonan  dirinya  pada  tahun  2004,  karena mengingat  belum  begitu  lama  hanya  berkisar  ±  16  (enam  belas)  tahun  saja, sementara data-data dari Pihak Sekolah Negeri 8 Medan yang sudah berumur 47 (empat puluh tujuh) tahun dari 1973-2020 masih tersimpan dengan baik walaupun ada lembaran yang “hilang” atas nama MS atau dihilangkan, yang jelas  data-data  tersebut  sudah  diserahkan  kepada  pihak  APH  Sumut  dan  juga sudah menjadi bukti lampiran pengaduan ke pihak Polda Sumut.

Sebenarnya, jelasnya lagi,  kalau kita mau berlaku dan berkata jujur saja apalagi setingkat serta segudang  pengalaman  dari  Tim  Penyidik  baik  dari  mulai  penanganan  di Dirreskrimun maupun di Ditreskrimsus Polda Sumut, kami yakin pasti sudah dapat mengantongi “aroma pemalsuan ijazah palsu” tersebut disamping adanya data-data pendukung lainnya hasil dari pengembangan penyidikan kasus itu.   Dalam  kasus  penggunaan  ijazah  palsus  ini  tidak  bisa  dipungkiri,  sejak  ramai diberitakan  ada  saja  masyarakat  yang  datang  membawa  data  serta  informasi seperti  Dorandus  Lumban  Tobing  yang  menyatakan  bahwasanya  Ia  telah melaporkan kasus MS ke Presiden RI Ir. Joko Widodo pada tahun 2016  sembari  memperlihatkan  suratnya,  namun  tidak  ada  realisasinya,  tapi setelah  pihak  APH  Sumut  melaporkannya,  baru  ada  tanggapan  dan  ramai  di pemberitaan.

Peringatan Mendikdasmen: Jangan Sebarkan Konten Salah

Informasi lainnya menyebutkan,   berdasarkan  keterangan  dari kawan-kawan  bahwasanya  MS tamat  Sekolah  Menengah Ekonomi  Pertama  (SMEP)  Negeri  Padang  Sidempuan  pada  tahun  1972  dan sekolah  tersebut  sekarang  telah  menjadi  Sekolah  Menengah  Pertama  (SMP) Negeri 3 Gunung Tua Kabupaten Padang Lawas Utara, dan juga kami dapatkan lagi kalau benar Marataman Siregar berasal dari Sekolah Widyasana Utama yang bergabung pada Sekolah SMA Negeri 8 Medan dan lulus pada tahun 1973, dan ini  perlu  ditanyakan  kepada  MS apakah  kenal  dengan  Sahat Soritua Gurning? Yang kami lihat di daftar kumpulan siswa yang lulus serta daftar pengambilan ijazah nama tersebut berada di nomor urutan 94, nomor pokok 5667, Nomor  Ujian  5094,  Nomor  STTB  5476,  nama  orangtua  K.  Gurning  kelahiran Rampah tanggal/tahun 05-02-1952 dan alamatnya ada pada kami dan akan kami sampaikan  kepada  pihak  Polda  Sumut  agar  dapat  meminta  fotocopy  ijazahnya sebagai  bahan  perbandingan,  ini  semua  didasari  kemauan  serta  niat  dibarengi kerja keras demi tegaknya hukum guna terungkapnya kasus ijazah palsu anggota dewan yang terhormat Marataman Siregar. 

Banyak orang yang mau angkat bicara serta dan mau menyampaikan data-data yang ada kaitannya  dengan  suatu  kasus,  tapi sudah bukan menjadi rahasia umum lagi niat  hati ingin  membantu agar menjadi jelas dan terang suatu kasus, malah si pemberi data tersandung kasus itu sendiri, dimana sebenarnya dan seharusnya si pemberi data harus dilindungi sementara penerima data dalam hal ini penyidik Polri untuk menguji serta mencari kebenaran dari data yang disampaikan tersebut.

Dia mengharapkan, kepada Pihak Tim Penyidik Ditreskrimsus Polda Sumut serta pihak Aliansi Pemerhati Hukum (APH) Sumut benar-benar punya niat serta jujur untuk  membongkarnya, demi nama baik lembaga serta nama baik  dari anggota dewan yang terhormat,  terlebih-lebih dengan  membukanya ke publik, atas benar-tidaknya penggunaan ijazah palsu tersebu,” kata Efendi Simare-mare berharap.

Ketika hal ini dikonfirmasikan kepada Marataman Siregar selaku anggota DPRD Padang Sidempuan aktif melalui ponselnya, tidak berhasil.(BP/EI)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *