Medan, HarianBatakpos.com – Menjelang evaluasi pendidikan dunia dalam World Education Forum 2030, pertanyaan mendasar muncul: bagaimana arah pendidikan di Indonesia? Meskipun berbagai kebijakan telah diterapkan, efektivitasnya masih menjadi tanda tanya besar. Indikator kualitas pendidikan, seperti hasil Programme for International Student Assessment (PISA), masih menunjukkan ketertinggalan dibandingkan negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara.
Ketidakjelasan Arah Pendidikan Indonesia
Reformasi pendidikan yang silih berganti belum mampu menciptakan ekosistem pembelajaran yang berkelanjutan dan adaptif terhadap tantangan zaman. Ironisnya, di tengah urgensi perbaikan pendidikan, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto tidak menjadikan sektor ini sebagai prioritas utama. Fokus kebijakan tampaknya lebih diarahkan pada percepatan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur dibandingkan investasi dalam sumber daya manusia, dilansir dari kompas.com.
Tanpa pondasi pendidikan yang kuat, pencapaian target pertumbuhan ekonomi 8 persen dan visi Indonesia Emas 2045 bisa menjadi angan-angan yang sulit direalisasikan. Ketidakjelasan arah investasi sumber daya manusia semakin memperkeruh keadaan. Berbagai kritik bermunculan, mempertanyakan bagaimana kebijakan pendidikan saat ini dapat menjawab tantangan global.
Kebijakan Pendidikan yang Tidak Konsisten
Salah satu tantangan terbesar dalam dunia pendidikan Indonesia adalah ketidakkonsistenan kebijakan. Sejak era reformasi, berbagai program pendidikan telah diluncurkan, namun setiap pergantian menteri membawa perubahan yang tidak terintegrasi. Akibatnya, ekosistem pendidikan menjadi tidak stabil, membebani tenaga pendidik, dan membingungkan peserta didik.
Di sisi lain, sistem evaluasi pendidikan di Indonesia kerap berubah tanpa perencanaan matang. Jika kondisi ini terus berlanjut, maka mimpi besar Indonesia Emas 2045 akan semakin sulit tercapai. Arah pendidikan Indonesia saat ini masih dipenuhi ketidakpastian.
Untuk keluar dari kebuntuan ini, diperlukan langkah-langkah konkret yang tidak hanya bersifat jangka pendek, tetapi juga berorientasi pada pembangunan ekosistem pendidikan berkelanjutan. Pendidikan harus ditempatkan sebagai investasi utama, bukan sekadar pelengkap dalam agenda pembangunan nasional.
Komentar